Sifat remaja memang sangat labil. Mereka sedang dalam proses pencarian
identitas sehingga memerlukan tempat penyaluran yang tepat dan selaras dengan
pemahaman mereka.
Pada rentangan 14-18 tahun umumnya sedang mengalami masa pertumbuhan
secara fisik, social, dan emosional. Mereka juga senang membentuk kelompok
kecil. Karena terlalu seringnya mereka bertemu sehingga lebih percaya dengan
kelompoknya, sedangkan guru dan orangtua dianggap penghalang.
Seperti kehidupan Sonya Dharma yang memang usianya tergolong rawan. Gadis
17th. Sonya gadis yang dapat dipercaya. Bahkan mungkin sangat dapat
dipercaya. Karena selama ini, sonya selalu mentaati apa kata orangtua nya.
Orangtua nya menyuruh belajar dengan serius dan hal itu dilaksanakan Sonya
dengan senang hati. Orangtua nya melarang pacaran, Sonya juga melakukannya.
Tidak seperti anak seusianya, Sonya sangat menghargai titah orangtua nya.
Dalam diri Sonya sendiri belum menginginkan adanya hubungan special
dengan lawan jenisnya. Karena Sonya merasa hal itu akan membuatnya semakin
salah dimata Ayahnya.
Ayah Sonya melarang keras ‘PACARAN’ dalan diri Sonya. Karena beliau
menganggap hal itu tidak berguna dan akan membuat Sonya semakin sering melamun.
Memang selama ini Sonya sering sekali melamun. Tak lain dan tak bukan karena
dirinya merasa sendiri dan sepi. Dikala teman-temannya mengadakan pesta, dia
tidak diperbolehkan ikut serta oleh Ayahnya dengan berbagai macam alasan.
Sehingga Sonya sering mengandai-andai…..
“seandainya aku…andaikan saja…jika aku…aku berharap”
Beberapa kali Ayah Sonya menuduh beberapa hal kepada Sonya, sedangkan hal
itu sama sekali tidak dilakukan olehnya.
Sore itu Sonya ada tambahan pelajaran dadakan. Dia lupa tidak menelpon
Ayahnya jikalau dia pulang terlambat. Sesampainya dirumah, bukan disambut
dengan sapaan hangat sebagai seorang Ayah kepada anaknya yang lelah dengan
kegiatan disekolah, melainkan bentakan tuduhan yang terdengar jelas ditelinga
Sonya.
“Bagus Sonya! Kau sudah tidak mendengarkan apa kata Ayah padamu? Kau
berani pacaran dibelakang?”
“apa maksud Ayah? Sonya baru…..” disergah oleh Ayahnya.
“kamu mau jadi apa? Pembangkang!” ibunya yang mendengar hal itu tidak
bisa melakukan apapun. Hanya membiarkan suaminya seperti adanya.
“Tidak yah!” Sonya menundukkan kepalanya. Emosi dalam diri seperti
terkumpul dalam genggaman tangannya yang mengepal.
“mau bicara apa lagi kamu?” bentak Ayahnya. Beberapa detik keduanya
terdiam dalam senyap dan Sonya tiba-tiba mengangkat kepalanya dan dengan
tatapan nanar.
“Ayah bisa tidak mendengar penjelasan Sonya?”
“kamu berani memangdang Ayah seperti itu? bahkan kamu lupa tidak menelpon
Ayah!”
“Asal Ayah tahu!” (nada bicaranya mulai tegas) Ayahnya tidak mengucapkan
apapun.
“Sonya ada tambahan pelajaran. Sonya lupa tidak menelpon. Ayah begitu
tega menuduh hal yang tidak pernah Sonya lakukan. FITNAH yah. Rasanya sakit.
Sakit sekali” Sonya menekankan kata fitnah dan memperjelas kata sakit dengan
lantang.
“Ayah ingin pukul Sonya? Ayo pukul yah! Sonya memang pembangkang” Sonya
mengatakan itu dengan menahan air matanya yang hampir jatuh dipelupuk matanya.
“selama ini Ayah tidak pernah memangdang posisiku sebagai anak yang
menginginkan perhatian Ayah” sepertinya Sonya mengeluarkan rasa yang selama ini
ia pendam dalam hati.
“Sonya sudah mencoba untuk mengenali diri Sonya, mencari tahu posisiku
dalam keluarga, mencoba mencari tujuan hidup, dan juga berlatih mengambil
keputusan yang paling baik. Tapi apa? Ayah selalu menganggap semua yang
kulakukan itu salah. Sepertinya aku tidak pernah melakukan sesuatu yang
berguna! Apa Ayah ingin Sonya mati? Karena Sonya tak pernah membuat Ayah senang
hati!”
“Bicara apa kamu? Sudah! Masuk kekamarmu!” Ayahnya berlalu dari sana meninggalkan
Sonya yang kemudian masuk ke kamarnya.
Masih banyak tuduhan yang Ayah Sonya tujukan padanya. Bahkan merubah
sikap Sonya yang menjadi lebih banyak diam. Disaat dia tertuduh, dengan
seketika menjelma menjadi hakim tegas penjarah dosa manusia. Membuat Ayahnya
diam seribu bahasa.
Ayah Sonya tidak berusaha untuk memahami anaknya. Bahkan seperti lupa
dengan dogmaannya yang selalu tertolak oleh Sonya saat meronta-ronta.
Terkadang Sonya merasa sangat berdosa karena berani membentak Ayahnya.
Sonya ingin Ayahnya melihat kebenaran dalam dirinya.
Setelah Sonya di Universitas, dia menemukan perkumpulan yang memahami
dirinya. Ikutlah dia dalam perkumpulan itu yang keseluruhan anggotanya adalah
perempuan. Disini Sonya merasa sangat klop dengan mereka, slaing bertukar
pikiran, bebas berpendapan, dan juga mencari jalan keluar dari permasalahan antar-anggota.
Mulai dari perkumpulan itulah hidup Sonya berubah. Sonya nyaman pergi
kemana-mana dengan teman perempuannya. Bahkan mereka sering makan malam bersama
dan berlibur. Sonya mulai ilfil dengan teman laki-laki yang mendekatinya.
Karena Sonya selalu berpikir “Laki-laki! Mereka yang menyebabkan aku manjadi
perempuan yang selalu mendapat tuduhan dari Ayah. BIADAB!”
Sonya sudah jarang berdebat dengan Ayahnya setelah dua tahun ini ia
tergabung dalam perkumpulan di kampusnya itu. Ayah Sonya juga tidak pernah
melarangnya mengajak teman perempuanya bermalam dirumah. Hal ini mulai
memperjelas keadaan bahwa Sonya melampiaskan tekanan Ayahnya sejak belia yang
melarangnya pacaran menuju pergaulan remaja yang ab-normal. Sonya tergabung dalam IML (Ikatan Mahasiswi Lesbian)
*gue nulis cerita ini geli banget*
Lesbi sendiri adalah sebutan oleh perempuan hetero kepada perempuan yang
“belok”. Belok disini dikatakan sebagai perempuan yang berbeda jalur dari
perempuan hetero, yaitu perempuan yang menyukai perempuan. Kaum lesbian juga
terkadang tersinggung jika dikatakan cantik. Dalam dunia lesbi sangat banyak
nama, mulai dari femme, butchi, dan juga andro. Femme sendiri
adalah julukan untuk seorang perempuan yang menyukai butchie (lesbian). Butchie adalah julukan untuk perempuan yang
berpenampilan layaknya laki-laki. Dan juga andro, adalah julukan untuk seorang
perempuan yang berpenampilan perempuan tapi tatkala ‘berhubungan’ dengan
pasangannya berperan sebagai laki-laki yang lebih agresif. (cre:http://www.tribunnews.com)
Dalam hubungannya Sonya termasuk tipe setia. Dia hanya berhubungan dengan
Merry. Sonya mendapat kenikmatan sendiri
dengan kehidupannya kini.
Meskipun kehidupan LGBT (Lesbian Gay Biseks Transgender) identik dengan
dunia gemerlap, tempat karaoke dan hotel. Namun tidak dengan kelompok IML.
Sonya menghabiskan hari-harinya bersama pasangannya di Kos, rumah Sonya, dan
rumah Merry. Karena rumah Sonya dan Merry termasuk luas. Mereka melakukan apa?
Apalagi kalau bukan bermesraan ala
lesbian. Bukan bermesraan seperti pasangan lesbi lain yang adegan di ranjang,
dikamar mandi layaknya suami istri. Melainkan, hanya berdekap-dekapan dan
saling mengumbar janji untuk setia. Hal ini sering dilakukan Sonya dan
teman-temannya sampai mereka lulus kuliah. Bahkan sampai Sonya di dunia kerja.
Namun ada beberapa anggota yang kembali ke jalan Tuhan. Sonya tidak menyalahkan
kejadian itu.
Apakah Sonya selama ini tidak merasa berdosa?
Bagaimana Tidak? Meskipun Sonya sekarang terjerumus di dunia yang di
benci Tuhan. Setiap malam Sonya menangis.
“Ya Tuhan, jikalau Engkau masih berkenan ampunkanlah hambamu ini. Hamba
bukan bermaksud mengumbar dosa di hadap-Mu. Tapi hamba ingin Ayah menyesali apa
yang dituduhkannya selama ini salah. Ampuni dosa-dosa hamba Ya Tuhan”
Ayah Sonya mulai mengetauhi keganjilan dalam diri Sonya ketika sedang
jalan di mall dengan Merry, Ayahnya ngikutin dari belakang dan betapa
terkejutnya beliau melihat itu. Ayah Sonya hampir tidak bisa berjalan mendapati
Sonya berpelukan dan dikecup pipinya oleh temannya (Merry). Hal yang
benar-benar menjijikkan.
Sesampainya Sonya dirumah Ayah Sonya mengeluarkan kata, namun berbeda
nada.
“Sonya, duduklah! Ayah ingin bicara.”
Panggil Ayahnya pelan tanpa menatap wajah Sonya.
“untuk apa?” jawab Sonya dengan tetap berdiri mematung.
“Sonya, duduklah Ayah bilang!” dudukah Sonya dengan tampang yang
menyebalkan.
“oh Tuhan. Ayah tidak tahu harus bicara seperti apa padamu!”
“apa maksud Ayah?”
“hal gila apa lagi yang kau lakukan dengan teman perempuanmu selama ini?”
“oh…(jawabnya sambil tersenyum puas) Ayah sudah tahu?”
“hentikan hal bejat yang kau lakukan Sonya!”
“semudah itu Ayah menyuruhku? Tidak! Sonya yang sekarang bukanlah Sonya
yang dulu.”
“kau tetap anak Ayah dan Ibu.”
“jadi, kalian akan menganggapku anak kalau aku sudah terjerumus dalam hal
seperti ini? Bijaksana sekali ya” Ayahnya sangat sakit mendengar kata itu. Beliau
sangat menyesali sikap yang dulu ia lakukan pada Sonya.
“kau sudah tidak mau mendengarkan Ayah?”
“entahlah!”
Tiba-tiba Ibunya datang dengan wajah yang seperti usai menangis.
“kau sudah tidak mau mendengarkan Ayah nak? Dapatkah kau menghitung dosa
Ayah? Kalau kau sudah selesai menghitung dosa Ayah, hitunglah dosa Ibu yang
pernah kami lakukan padamu. Lalu, hitunglah dosamu sendiri. Tuhan tidak pernah
tidur Sonya” kemudian Ibu Sonya yang tadi berdiri duduk disebelah Ayahnya dan
melanjutkan kata-katanya.
“apa kami begitu hina dihadapanmu nak? Apa kami menyuruhmu melakukan itu?
kau sendiri yang melakukannya! Kenapa kau menyalahkan kami?”
Sonya tak berkutik mendengar kata-kata ibunya. Selama ini Ibunya lebih
banyak diam dan tak ingin ikut campur masalahnya dengan Ayahnya. Tapi sekarang?
Berbeda.
“apa yang kalian inginkan? Sejak dulu melarangku ini dan itu! Aku tidak
punya teman yang normal. Temanku semua belok! Apa kalian tidak merasakan kalau
aku juga sakit dengan semua ini. Tuhan marah padaku.”
“Ayah minta ma’af. Mungkin hidup Ayah tidak lama lagi. Ayah hanya
berharap kau bisa menghargai Ibumu jika ku tinggal nanti. Aku berharap Tuhan
meluluhkan hati kecilmu. Tinggalkanlah duniamu itu nak.”
“Ayah mengancam Sonya. Ini kehidupan Sonya yah. Aku hidup dengan uangku
sendiri. Gaji Sonya setiap bulan.”
“Sonya, Ibu tidak menyangka kau melupakan dengan uang siapa kau lahir,
sekolah, dan bersandang pangan. Begitu angkuhnya kau membicarakan uang! Tuhan
memberi rahmatnya pada kita bukan untuk melakukan maksiat. Kau lupa kodratmu?
Tak disangka!”
“apa maksud Ibu? Jangan kira aku lupa dengan Tuhan. Tapi saat ini, Sonya
berbeda dari Sonya yang dulu!”
“sudahlah apa terserah kau saja! Saat ini Kami tak dapat lakukan apapun.
Semoga saja kau mendengarkan apa yang Kami katakan padamu tadi”
Sonya beranjak dari ruang tamu dan lari ke kamarnya dan menutup pintunya
keras-keras.
Brakkk
Ayah Sonya yang menderita jantung, betapa terkejutnya mendengar itu.
Memegang dadanya.
“Ayah tidak apa-apa? Ibu ambilkan obatnya?”
“tidak usah bu. Ayah belum bisa menerima semua ini.”
Sonya mengemasi barang-barang nya dan pergi dengan koper besar. Hal ini
membuat Ayah dan Ibunya yang terdiam diruang tamu hanya menundukkan kepala dan
Ibunya meneteskan air mata.
Satu bulan berlalu, Ayah Sonya berada di Rumah Sakit. Ibu Sonya tak
henti-henti nya menelpon Sonya. Tapi Sonya tak sekalipun mengangkatnya dan
memilih untuk mematikan HPnya. Sonya mendapat masalah dalam hubungannya.
Ternyata Merry yang ia kenal sejak kuliah sekarang memiliki kekasih lain.
namanya JAMES. Itu membuat Sonya semakin sakit. Akhirnya dua minggu terakhir ia
banyak pergi ke Masjid mendengarkan tausiyah. Dan perlahan menyadarkannya. Pada
saat dimana Ayah Sonya meninggal, Sonya menghidupkan HPnya dan menerima begitu
banyak SMS dari Ibunya. Karena penasaran, Sonya membukanya.
“Sonya, aku harap kau datang
kerumah. Ayahmu akan dimakamkan nanti sore pukul 15.00 menunggu kehadiranmu.
Pagi ini semua keluarga sudah berkumpul. Aku harap kau datang! Ibumu hanya
menitipkan ini padaku. Ku harap kau datang Sonya. MARIO
08.30”
Sonya
betapa Shocknya mendengar ini! Dia belum meminta maaf pada Ayahnya. Dia tidak
memikirkan apa-apa lagi, berlari ke mobil dan segera pergi. Beberapa jam lagi
pukul 15.00 tepatnya 14.15. Sonya mengerahkan semua usahanya untuk secepatnya
tiba dirumah. Air matanya tak tertahankan lagi. Betapa sedihnya mengingat
kata-katanya yang teramat tidak sopan ketika pergi meninggalkan Ayahnya satu
bulan lalu.
“Ayah,
kenapa Ayah pergi. Hiks hiks, Sonya kembali Yah! Sonya menjadi anak perempuan
yang ada dijalan Tuhan. Kembali ke kodrat Sonya. Sonya ingin tunjukkan kepada
Ayah”
Sesampainya
dihalaman rumah, dengan kondisi mesin mobil hidup, sonya keluar dari mobil dan
berlari kerumah yang sudah dikerumuni banyak warga dan dipasang bendera warna
kuning! Dengan tangisnya yang setia menemani. Masuklah dia.
Berdiri
mematung melihat badan Ayahnya yang telah dibalut kain kafan dan lubang
hidungnya tertutup oleh kapas. Ayahnya tidak bernyawa lagi. Sonya berlutut di
pintu dan merangkak mendekat ke pelukan Ayahnya. Menumpahkan semua
kesedihannya. Ibu nya terharu melihat itu, mendekatlah kepada Sonya dan
mengelus kepala Sonya.
“Ayah,
Sonya minta ma’af. Tak mengangkat telpon Ibu. Ayah mau memaafkan Sonya? Sonya
sayang Ayah.” Semakin erat Sonya memeluk bungkusan kafan itu dan mencium pipi
dingin ayahnya dengan linangan air mata. Dan kemudian bangun dan memeluk
Ibunya.
“Ayah
memaafkanmu Sonya. Sudah, kau harus tabah. Ikhlaskan Ayahmu pergi. Ayah sangat
mencintaimu!” ibunya sangat tersentuh dengan pelukan itu. sangat dalam.
“Sonya
minta maaf bu.” Dengan terisak Sonya memeluk ibunya.
Telah
tiba waktunya, membawa ke makam setelah di bawa dari Masjid.
Sonya
berganti baju, memakai hijab, dan matanya sembab. Terlihat lebih manusiawi.
Tatkala
Jasad sang Ayah dimasukkan ke liang lahat, Sonya pingsan. Akhirnya Mario yang
ada di belakang membopongnya ke tempat teduh. Dan memberinya minum. Ibu Sonya
terlihat lebih tabah dan siap dengan semua itu. Saat bunga ditaburkan Sonya
tersadar dan berlari ke gundukan tanah dan berteriak-teriak.
“Ayah…Ayahhhh”
dan seketika Ibunya merangkulnya erat.
“hentikan
Sonya. Ayah akan bahagia disisi Tuhan yang paling indah.” Sonya sesenggukan dan
menjawabnya pelan “hemm” dengan tetap terisak.
Satu
minggu berlalu, Sonya telah kembali ke rumah dan lebih banyak di kamar. Ditemani oleh Ibunya.
Terkadang Mario datang menjenguk. Tapi lebih banyak berbincang dengan Ibunya.
Namun Sonya sudah bisa merelakan kepergian Ayahnya. Sonya sudah tidak
berhubungan dengan kehidupannya yang kelam di masa lalu. Dan bangkit dengan
semangat baru.
Siapa
sebenarnya Mario? Mario adalah anak temannya Ayah dan Ibu Sonya. Dan itu
diketauhi Sonya usai membaca surat dari Ayahnya. Yang mengatakan bahwa dia menyesal
telah menuduh dan membentaknya. Ayahnya melarang Sonya pacaran karena telah
menjodohkannya dengan anak teman Ayahnya, bernama Mario.
Kehidupan
Sonya mulai normal kembali dan sangat taat beribadah kepada Tuhan. Siang dan
malam menghadap kiblat yang penuh rahmat itu.
Selang
beberapa Tahun, Sonya dan Mario menikah dan hidup layaknya manusia normal.
Kehidupannya sangat bahagia dan sangat menghagai Ibunya. Sonya tak pernah
melewatkan kasih sayang ibu dan suaminya kini.
“cahaya
terang datang dan membawaku pergi menjauhi dunia kelam yang membuatku sengsara.
Tuhan, rencanamu adalah yang terbaik. Subhanallah. Aku telah kembali pada
kondratku sebagai wanita yang sholeha (amin) dan menyayangi suamiku.”
~END~
Cerita
ini ngebuat gue sadar sakitnya rasa dendam. Gue nulis nih cerita bener-bener
galau. Bingung kek gimana? Akhirnya gue banyak browsing dan baca beberapa
referensi diberbagai blog dan situs. Terimakasih www.google.com juga www.tribunnews.com .
Sehingga
dapat diambil hikmah bahwasanya manusia haruslah hidup sesuai kondratnya dari
Allah SWT. Allah tak pernah menjerumuskan hambanya dijalan yang salah, semua
jalan Allah itu benar, tinggallah diri kita sendiri yang melangkahkan kaki ke
jalan yang benar ataukah ke jalan yang salah.
Ingat
guys @shtlicious selalu bilang dan gue sekarang suka bilang kalau “Tuhan gak
pernah tidur”
God
always beside us guys. So, keep hwaiting always to grow up with Islam.
Hope
u enjoy this post.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar