5/15/2012

Benar dan Salah Datang dari Diri


Sifat remaja memang sangat labil. Mereka sedang dalam proses pencarian identitas sehingga memerlukan tempat penyaluran yang tepat dan selaras dengan pemahaman mereka.
Pada rentangan 14-18 tahun umumnya sedang mengalami masa pertumbuhan secara fisik, social, dan emosional. Mereka juga senang membentuk kelompok kecil. Karena terlalu seringnya mereka bertemu sehingga lebih percaya dengan kelompoknya, sedangkan guru dan orangtua dianggap penghalang.
Seperti kehidupan Sonya Dharma yang memang usianya tergolong rawan. Gadis 17th. Sonya gadis yang dapat dipercaya. Bahkan mungkin sangat dapat dipercaya. Karena selama ini, sonya selalu mentaati apa kata orangtua nya. Orangtua nya menyuruh belajar dengan serius dan hal itu dilaksanakan Sonya dengan senang hati. Orangtua nya melarang pacaran, Sonya juga melakukannya. Tidak seperti anak seusianya, Sonya sangat menghargai titah orangtua nya.
Dalam diri Sonya sendiri belum menginginkan adanya hubungan special dengan lawan jenisnya. Karena Sonya merasa hal itu akan membuatnya semakin salah dimata Ayahnya.
Ayah Sonya melarang keras ‘PACARAN’ dalan diri Sonya. Karena beliau menganggap hal itu tidak berguna dan akan membuat Sonya semakin sering melamun. Memang selama ini Sonya sering sekali melamun. Tak lain dan tak bukan karena dirinya merasa sendiri dan sepi. Dikala teman-temannya mengadakan pesta, dia tidak diperbolehkan ikut serta oleh Ayahnya dengan berbagai macam alasan. Sehingga Sonya sering mengandai-andai….. “seandainya aku…andaikan saja…jika aku…aku berharap”
Beberapa kali Ayah Sonya menuduh beberapa hal kepada Sonya, sedangkan hal itu sama sekali tidak dilakukan olehnya.
Sore itu Sonya ada tambahan pelajaran dadakan. Dia lupa tidak menelpon Ayahnya jikalau dia pulang terlambat. Sesampainya dirumah, bukan disambut dengan sapaan hangat sebagai seorang Ayah kepada anaknya yang lelah dengan kegiatan disekolah, melainkan bentakan tuduhan yang terdengar jelas ditelinga Sonya.
“Bagus Sonya! Kau sudah tidak mendengarkan apa kata Ayah padamu? Kau berani pacaran dibelakang?”
“apa maksud Ayah? Sonya baru…..” disergah oleh Ayahnya.
“kamu mau jadi apa? Pembangkang!” ibunya yang mendengar hal itu tidak bisa melakukan apapun. Hanya membiarkan suaminya seperti adanya.
“Tidak yah!” Sonya menundukkan kepalanya. Emosi dalam diri seperti terkumpul dalam genggaman tangannya yang mengepal.
“mau bicara apa lagi kamu?” bentak Ayahnya. Beberapa detik keduanya terdiam dalam senyap dan Sonya tiba-tiba mengangkat kepalanya dan dengan tatapan nanar.
“Ayah bisa tidak mendengar penjelasan Sonya?”
“kamu berani memangdang Ayah seperti itu? bahkan kamu lupa tidak menelpon Ayah!”
“Asal Ayah tahu!” (nada bicaranya mulai tegas) Ayahnya tidak mengucapkan apapun.
“Sonya ada tambahan pelajaran. Sonya lupa tidak menelpon. Ayah begitu tega menuduh hal yang tidak pernah Sonya lakukan. FITNAH yah. Rasanya sakit. Sakit sekali” Sonya menekankan kata fitnah dan memperjelas kata sakit dengan lantang.
“Ayah ingin pukul Sonya? Ayo pukul yah! Sonya memang pembangkang” Sonya mengatakan itu dengan menahan air matanya yang hampir jatuh dipelupuk matanya.
“selama ini Ayah tidak pernah memangdang posisiku sebagai anak yang menginginkan perhatian Ayah” sepertinya Sonya mengeluarkan rasa yang selama ini ia pendam dalam hati.
“Sonya sudah mencoba untuk mengenali diri Sonya, mencari tahu posisiku dalam keluarga, mencoba mencari tujuan hidup, dan juga berlatih mengambil keputusan yang paling baik. Tapi apa? Ayah selalu menganggap semua yang kulakukan itu salah. Sepertinya aku tidak pernah melakukan sesuatu yang berguna! Apa Ayah ingin Sonya mati? Karena Sonya tak pernah membuat Ayah senang hati!”
“Bicara apa kamu? Sudah! Masuk kekamarmu!” Ayahnya berlalu dari sana meninggalkan Sonya yang kemudian masuk ke kamarnya.
Masih banyak tuduhan yang Ayah Sonya tujukan padanya. Bahkan merubah sikap Sonya yang menjadi lebih banyak diam. Disaat dia tertuduh, dengan seketika menjelma menjadi hakim tegas penjarah dosa manusia. Membuat Ayahnya diam seribu bahasa.
Ayah Sonya tidak berusaha untuk memahami anaknya. Bahkan seperti lupa dengan dogmaannya yang selalu tertolak oleh Sonya saat meronta-ronta.
Terkadang Sonya merasa sangat berdosa karena berani membentak Ayahnya. Sonya ingin Ayahnya melihat kebenaran dalam dirinya.
Setelah Sonya di Universitas, dia menemukan perkumpulan yang memahami dirinya. Ikutlah dia dalam perkumpulan itu yang keseluruhan anggotanya adalah perempuan. Disini Sonya merasa sangat klop dengan mereka, slaing bertukar pikiran, bebas berpendapan, dan juga mencari jalan keluar dari permasalahan antar-anggota.
Mulai dari perkumpulan itulah hidup Sonya berubah. Sonya nyaman pergi kemana-mana dengan teman perempuannya. Bahkan mereka sering makan malam bersama dan berlibur. Sonya mulai ilfil dengan teman laki-laki yang mendekatinya. Karena Sonya selalu berpikir “Laki-laki! Mereka yang menyebabkan aku manjadi perempuan yang selalu mendapat tuduhan dari Ayah. BIADAB!”
Sonya sudah jarang berdebat dengan Ayahnya setelah dua tahun ini ia tergabung dalam perkumpulan di kampusnya itu. Ayah Sonya juga tidak pernah melarangnya mengajak teman perempuanya bermalam dirumah. Hal ini mulai memperjelas keadaan bahwa Sonya melampiaskan tekanan Ayahnya sejak belia yang melarangnya pacaran menuju pergaulan remaja yang ab-normal. Sonya tergabung dalam IML (Ikatan Mahasiswi Lesbian) *gue nulis cerita ini geli banget*
Lesbi sendiri adalah sebutan oleh perempuan hetero kepada perempuan yang “belok”. Belok disini dikatakan sebagai perempuan yang berbeda jalur dari perempuan hetero, yaitu perempuan yang menyukai perempuan. Kaum lesbian juga terkadang tersinggung jika dikatakan cantik. Dalam dunia lesbi sangat banyak nama, mulai dari femme, butchi, dan juga andro. Femme sendiri adalah julukan untuk seorang perempuan yang menyukai butchie (lesbian). Butchie adalah julukan untuk perempuan yang berpenampilan layaknya laki-laki. Dan juga andro, adalah julukan untuk seorang perempuan yang berpenampilan perempuan tapi tatkala ‘berhubungan’ dengan pasangannya berperan sebagai laki-laki yang lebih agresif. (cre:http://www.tribunnews.com)
Dalam hubungannya Sonya termasuk tipe setia. Dia hanya berhubungan dengan Merry.  Sonya mendapat kenikmatan sendiri dengan kehidupannya kini.
Meskipun kehidupan LGBT (Lesbian Gay Biseks Transgender) identik dengan dunia gemerlap, tempat karaoke dan hotel. Namun tidak dengan kelompok IML. Sonya menghabiskan hari-harinya bersama pasangannya di Kos, rumah Sonya, dan rumah Merry. Karena rumah Sonya dan Merry termasuk luas. Mereka melakukan apa? Apalagi kalau bukan bermesraan ala lesbian. Bukan bermesraan seperti pasangan lesbi lain yang adegan di ranjang, dikamar mandi layaknya suami istri. Melainkan, hanya berdekap-dekapan dan saling mengumbar janji untuk setia. Hal ini sering dilakukan Sonya dan teman-temannya sampai mereka lulus kuliah. Bahkan sampai Sonya di dunia kerja. Namun ada beberapa anggota yang kembali ke jalan Tuhan. Sonya tidak menyalahkan kejadian itu.
Apakah Sonya selama ini tidak merasa berdosa?
Bagaimana Tidak? Meskipun Sonya sekarang terjerumus di dunia yang di benci Tuhan. Setiap malam Sonya menangis.
“Ya Tuhan, jikalau Engkau masih berkenan ampunkanlah hambamu ini. Hamba bukan bermaksud mengumbar dosa di hadap-Mu. Tapi hamba ingin Ayah menyesali apa yang dituduhkannya selama ini salah. Ampuni dosa-dosa hamba Ya Tuhan”
Ayah Sonya mulai mengetauhi keganjilan dalam diri Sonya ketika sedang jalan di mall dengan Merry, Ayahnya ngikutin dari belakang dan betapa terkejutnya beliau melihat itu. Ayah Sonya hampir tidak bisa berjalan mendapati Sonya berpelukan dan dikecup pipinya oleh temannya (Merry). Hal yang benar-benar menjijikkan.
Sesampainya Sonya dirumah Ayah Sonya mengeluarkan kata, namun berbeda nada.
“Sonya, duduklah! Ayah ingin bicara.”  Panggil Ayahnya pelan tanpa menatap wajah Sonya.
“untuk apa?” jawab Sonya dengan tetap berdiri mematung.
“Sonya, duduklah Ayah bilang!” dudukah Sonya dengan tampang yang menyebalkan.
“oh Tuhan. Ayah tidak tahu harus bicara seperti apa padamu!”
“apa maksud Ayah?”
“hal gila apa lagi yang kau lakukan dengan teman perempuanmu selama ini?”
“oh…(jawabnya sambil tersenyum puas) Ayah sudah tahu?”
“hentikan hal bejat yang kau lakukan Sonya!”
“semudah itu Ayah menyuruhku? Tidak! Sonya yang sekarang bukanlah Sonya yang dulu.”
“kau tetap anak Ayah dan Ibu.”
“jadi, kalian akan menganggapku anak kalau aku sudah terjerumus dalam hal seperti ini? Bijaksana sekali ya” Ayahnya sangat sakit mendengar kata itu. Beliau sangat menyesali sikap yang dulu ia lakukan pada Sonya.
“kau sudah tidak mau mendengarkan Ayah?”
“entahlah!”
Tiba-tiba Ibunya datang dengan wajah yang seperti usai menangis.
“kau sudah tidak mau mendengarkan Ayah nak? Dapatkah kau menghitung dosa Ayah? Kalau kau sudah selesai menghitung dosa Ayah, hitunglah dosa Ibu yang pernah kami lakukan padamu. Lalu, hitunglah dosamu sendiri. Tuhan tidak pernah tidur Sonya” kemudian Ibu Sonya yang tadi berdiri duduk disebelah Ayahnya dan melanjutkan kata-katanya.
“apa kami begitu hina dihadapanmu nak? Apa kami menyuruhmu melakukan itu? kau sendiri yang melakukannya! Kenapa kau menyalahkan kami?”
Sonya tak berkutik mendengar kata-kata ibunya. Selama ini Ibunya lebih banyak diam dan tak ingin ikut campur masalahnya dengan Ayahnya. Tapi sekarang? Berbeda.
“apa yang kalian inginkan? Sejak dulu melarangku ini dan itu! Aku tidak punya teman yang normal. Temanku semua belok! Apa kalian tidak merasakan kalau aku juga sakit dengan semua ini. Tuhan marah padaku.”
“Ayah minta ma’af. Mungkin hidup Ayah tidak lama lagi. Ayah hanya berharap kau bisa menghargai Ibumu jika ku tinggal nanti. Aku berharap Tuhan meluluhkan hati kecilmu. Tinggalkanlah duniamu itu nak.”
“Ayah mengancam Sonya. Ini kehidupan Sonya yah. Aku hidup dengan uangku sendiri. Gaji Sonya setiap bulan.”
“Sonya, Ibu tidak menyangka kau melupakan dengan uang siapa kau lahir, sekolah, dan bersandang pangan. Begitu angkuhnya kau membicarakan uang! Tuhan memberi rahmatnya pada kita bukan untuk melakukan maksiat. Kau lupa kodratmu? Tak disangka!”
“apa maksud Ibu? Jangan kira aku lupa dengan Tuhan. Tapi saat ini, Sonya berbeda dari Sonya yang dulu!”
“sudahlah apa terserah kau saja! Saat ini Kami tak dapat lakukan apapun. Semoga saja kau mendengarkan apa yang Kami katakan padamu tadi”
Sonya beranjak dari ruang tamu dan lari ke kamarnya dan menutup pintunya keras-keras.
Brakkk
Ayah Sonya yang menderita jantung, betapa terkejutnya mendengar itu.
Memegang dadanya.
“Ayah tidak apa-apa? Ibu ambilkan obatnya?”
“tidak usah bu. Ayah belum bisa menerima semua ini.”
Sonya mengemasi barang-barang nya dan pergi dengan koper besar. Hal ini membuat Ayah dan Ibunya yang terdiam diruang tamu hanya menundukkan kepala dan Ibunya meneteskan air mata.
Satu bulan berlalu, Ayah Sonya berada di Rumah Sakit. Ibu Sonya tak henti-henti nya menelpon Sonya. Tapi Sonya tak sekalipun mengangkatnya dan memilih untuk mematikan HPnya. Sonya mendapat masalah dalam hubungannya. Ternyata Merry yang ia kenal sejak kuliah sekarang memiliki kekasih lain. namanya JAMES. Itu membuat Sonya semakin sakit. Akhirnya dua minggu terakhir ia banyak pergi ke Masjid mendengarkan tausiyah. Dan perlahan menyadarkannya. Pada saat dimana Ayah Sonya meninggal, Sonya menghidupkan HPnya dan menerima begitu banyak SMS dari Ibunya. Karena penasaran, Sonya membukanya.
“Sonya, aku harap kau datang kerumah. Ayahmu akan dimakamkan nanti sore pukul 15.00 menunggu kehadiranmu. Pagi ini semua keluarga sudah berkumpul. Aku harap kau datang! Ibumu hanya menitipkan ini padaku. Ku harap kau datang Sonya. MARIO
08.30”
Sonya betapa Shocknya mendengar ini! Dia belum meminta maaf pada Ayahnya. Dia tidak memikirkan apa-apa lagi, berlari ke mobil dan segera pergi. Beberapa jam lagi pukul 15.00 tepatnya 14.15. Sonya mengerahkan semua usahanya untuk secepatnya tiba dirumah. Air matanya tak tertahankan lagi. Betapa sedihnya mengingat kata-katanya yang teramat tidak sopan ketika pergi meninggalkan Ayahnya satu bulan lalu.
“Ayah, kenapa Ayah pergi. Hiks hiks, Sonya kembali Yah! Sonya menjadi anak perempuan yang ada dijalan Tuhan. Kembali ke kodrat Sonya. Sonya ingin tunjukkan kepada Ayah”
Sesampainya dihalaman rumah, dengan kondisi mesin mobil hidup, sonya keluar dari mobil dan berlari kerumah yang sudah dikerumuni banyak warga dan dipasang bendera warna kuning! Dengan tangisnya yang setia menemani. Masuklah dia.
Berdiri mematung melihat badan Ayahnya yang telah dibalut kain kafan dan lubang hidungnya tertutup oleh kapas. Ayahnya tidak bernyawa lagi. Sonya berlutut di pintu dan merangkak mendekat ke pelukan Ayahnya. Menumpahkan semua kesedihannya. Ibu nya terharu melihat itu, mendekatlah kepada Sonya dan mengelus  kepala Sonya.
“Ayah, Sonya minta ma’af. Tak mengangkat telpon Ibu. Ayah mau memaafkan Sonya? Sonya sayang Ayah.” Semakin erat Sonya memeluk bungkusan kafan itu dan mencium pipi dingin ayahnya dengan linangan air mata. Dan kemudian bangun dan memeluk Ibunya.
“Ayah memaafkanmu Sonya. Sudah, kau harus tabah. Ikhlaskan Ayahmu pergi. Ayah sangat mencintaimu!” ibunya sangat tersentuh dengan pelukan itu. sangat dalam.
“Sonya minta maaf bu.” Dengan terisak Sonya memeluk ibunya.
Telah tiba waktunya, membawa ke makam setelah di bawa dari Masjid.
Sonya berganti baju, memakai hijab, dan matanya sembab. Terlihat lebih manusiawi.
Tatkala Jasad sang Ayah dimasukkan ke liang lahat, Sonya pingsan. Akhirnya Mario yang ada di belakang membopongnya ke tempat teduh. Dan memberinya minum. Ibu Sonya terlihat lebih tabah dan siap dengan semua itu. Saat bunga ditaburkan Sonya tersadar dan berlari ke gundukan tanah dan berteriak-teriak.
“Ayah…Ayahhhh” dan seketika Ibunya merangkulnya erat.
“hentikan Sonya. Ayah akan bahagia disisi Tuhan yang paling indah.” Sonya sesenggukan dan menjawabnya pelan “hemm” dengan tetap terisak.
Satu minggu berlalu, Sonya telah kembali ke rumah dan  lebih banyak di kamar. Ditemani oleh Ibunya. Terkadang Mario datang menjenguk. Tapi lebih banyak berbincang dengan Ibunya. Namun Sonya sudah bisa merelakan kepergian Ayahnya. Sonya sudah tidak berhubungan dengan kehidupannya yang kelam di masa lalu. Dan bangkit dengan semangat baru.
Siapa sebenarnya Mario? Mario adalah anak temannya Ayah dan Ibu Sonya. Dan itu diketauhi Sonya usai membaca surat dari Ayahnya. Yang mengatakan bahwa dia menyesal telah menuduh dan membentaknya. Ayahnya melarang Sonya pacaran karena telah menjodohkannya dengan anak teman Ayahnya, bernama Mario.
Kehidupan Sonya mulai normal kembali dan sangat taat beribadah kepada Tuhan. Siang dan malam menghadap kiblat yang penuh rahmat itu.
Selang beberapa Tahun, Sonya dan Mario menikah dan hidup layaknya manusia normal. Kehidupannya sangat bahagia dan sangat menghagai Ibunya. Sonya tak pernah melewatkan kasih sayang ibu dan suaminya kini.
“cahaya terang datang dan membawaku pergi menjauhi dunia kelam yang membuatku sengsara. Tuhan, rencanamu adalah yang terbaik. Subhanallah. Aku telah kembali pada kondratku sebagai wanita yang sholeha (amin) dan menyayangi suamiku.”
~END~
Cerita ini ngebuat gue sadar sakitnya rasa dendam. Gue nulis nih cerita bener-bener galau. Bingung kek gimana? Akhirnya gue banyak browsing dan baca beberapa referensi diberbagai blog dan situs. Terimakasih www.google.com juga www.tribunnews.com .
Sehingga dapat diambil hikmah bahwasanya manusia haruslah hidup sesuai kondratnya dari Allah SWT. Allah tak pernah menjerumuskan hambanya dijalan yang salah, semua jalan Allah itu benar, tinggallah diri kita sendiri yang melangkahkan kaki ke jalan yang benar ataukah ke jalan yang salah. 

Ingat guys @shtlicious selalu bilang dan gue sekarang suka bilang kalau “Tuhan gak pernah tidur”
God always beside us guys. So, keep hwaiting always to grow up with Islam.
Hope u enjoy this post.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar