1/15/2014

I'm Shining Now

Saat rintik di bulan Januari membawa kehangatan di sebagian pemilik hati, maka bukan untuk Sena. Dia adalah gadis malang, ditinggal pergi kekasihnya—kembali pada jodoh yang ditentukan orang tuanya. Dia tahu dia hanya editor yang tidak punya rumah mewah, hanya apartemen kecil cukup dibuatnya guling-guling seharian. Dia tahu dia hanya seorang diri, setelah kematian kedua orang tuanya di rumahnya yang habis terbakar dan dia adalah satu-satunya yang selamat, 5 tahun yang lalu. Dan sekarang, setelah 2 tahun cukup dapat tersenyum dan bersinar seperti gadis normal yang merasakan cinta dan mencintai, dengan perasaannya. Bukan cinta-cintaan, bukan cinta monyet, bukan. Sekarang apa? Pemuda yang sangat dicintainya, Redi, pergi meninggalkannya.
“Sen, kamu tahu kan aku mencintai kamu?” Sena sudah mulai tak nyaman dengan pembicaran yang tegang ini.
“Ya, ada apa Red?” Redi yang duduk disebelah Sena hanya menggerakkan sedikit tubuhnya.
“Maafkan aku, Sen. Kamu tahu kan, orangtuaku gak pernah ngijinin aku pacaran sama kamu?”
“. . .”
“Aku dijdohin sama anak sahabat mama. Maafkan aku Sen. Aku sangat cinta sama kamu, tapi aku harus ninggalin kamu. Agar kamu gak disakitin lagi sama ata-kata kasar mama tiap kali aku jalan sama kamu.” Sena menundukkan kepalanya. Dia bangkit dari sofa dan masuk ke kamarnya. Mengambil sesuatu, dan kembali dengan brownie box yang berisi hadiah-hadiah dari Redi. Dia tidak menangis, tapi matanya cukup merah dan wajahnya begitu keras.
“Ini Red. Aku berharap aku tidak pernah nyakitin kamu lagi, dan kamu bisa bahagia denga pilihan kamu, pilihan mama kamu.” Sena menekan kata ‘pilihan mama kamu’
Hubungan yang diakhiri terkadang membungkam masa lalu yang tinggal kenangan. Sena tahu tidak harus ikut terkubur dengan sakit hati dan rasa tidak terimanya karena ditinggalkan oleh orang-orang yang disayanginya. Tapi, matahari masih tersenyum padanya. Hidup harus terus berlangsung, berjalan, dengan formasi dan semangat baru.
Bersinar dengan langkah mata yang tak lagi sembab, tak lagi memutarbalikkan badan saat melihat mantan, tapi tersenyum dan terus berjalan kedepan dengan langkah tegap dan aura memukau yang tak bisa tertolak oleh siapapun. Sena tak lagi hidup dengan kegelapan, melainkan cahaya yang terus menerus meneranginya, menyinari hari-hari bahagianya. Sena bahagis.
God Thanks I’m shining with my own way.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar