"Friends. . ."
Aku
punya teman. Dan aku berteman. Aku tidak memilih-milih teman. Hanya saja, sifat
manusiawi akan memilih berada disisi orang-orang yang dapat memberi rasa nyaman
pada (ku) mereka. Lalu itu dikatakan memilih? Bukan, karena sesungguhnya hidup
untuk dijalani, bukan dipilih.
Aku
berbicara dengan teman-temanku, bercanda, tertawa, berbagi—duka, luka, tangis,
dan haru. Aku menyayangi mereka, dan aku tahu mereka pun sama. Betapa beruntungnya
aku bertemu mereka. Salah seorang pujangga mengatakan, teman adalah seorang
bidadari yang membawamu terbang ketika dalam masalah, saling mengingatkan
bagaimana caranya untuk terbang. Bukankah kata-kata itu terlalu manis? Aku mengiakan,
karena pertemanan tidak menyembunyikan kalimat buruk didepan maupun
dibelakangmu. Pertemanan adalah sesuatu yang sangat manis dan berakibat rindu
jika tidak diramu. Seperti petuah Kahlil Gibran, bahwa petemanan adalah selalu pertanggungjawaban
yang manis, tidak pernah sebuah kesempatan.
Apakah
pertemanan semua memiliki rasa manis? Jangan naïf, jika hanya merindukan manis,
maka buat apa ada rasa asin, asam, pahit, pedas, dan yang lainnya. Justru
dengan temanlah kita berbagi segala macam rasa itu, baik dengan senyuman, atau
dengan pelukan.
Aku
yang (tak) sama ini juga masih memberi ruang kepada teman-temanku untuk
berjalan dengan hidupnya, dengan dirinya, begitu pula denganku. Karena tentu
ada masa dimana kamu akan merindukan masa-masa dirimu hanya bersama dengan
kesendirianmu. Karena terkadang pada saat itulah kamu akan berpikir betapa
indahnya pertemanan. BEtapa bahagianya jika kamu bersama temanmu.
Salah
seorang sosok yang kupuja bertanya “Nak, sebegitu gak punya teman kah kamu
sampai kemana-mana harus sendiri?”
Bukan
aku tidak memiliki teman atau tak mau mengajak temanku, hanya kurasa, mereka
masih akan melakukan hal yang lebih penting daripada hanya menemani membeli sesuatu, hanya menemaniku menservis sesuatu,
aku rasa aku bisa melakukannya sendiri. Namanya juga orangtua. Khawatir anaknya
kesepian. Khawatir jika kehidupan ini selalu menakutinya. Khawatir jika anaknya
merasa tertindih dengan ringkihnya dunia.
Aku
hanya tidak ingin merepotkan mereka—yang aku yakin mereka sangat menyayangiku.
Aku hanya tidak ingin mereka merasa terbebani—meskipun kutahu mereka tidak akan
merasa demikian. Aku hanya tidak ingin menerima perkataan yang tersembunyi—karena
jujur aku masih sulit mempercayai. Aku hanya tidak ingin ada yang tersakiti—walaupun
dalam secuil asa tidak pernah terlintas.
Kurasa
pertemanan adalah jalan yang akan membawamu mengetahui keajaiban Tuhan pada
dunia ini. Membawamu saling berbagi, keluh kesah sedih senang bahagia.
Membawamu merindukan sosok ikhlas mereka.
“Pertemanan tidak akan membawamu
didepan atau dibelakang, karena dia akan membawamu beriringan…”
hai me :3
BalasHapusHai there~ I miss you the mooonnn and baccckk!
BalasHapus