BERBEDA
Aku
bukanlah Tuhan yang bisa mematikan dan menghidupkan manusia secara bersamaan.
Aku adalah hamba Tuhan. Yang telah ditiupkan-Nya nyawa 19 tahun yang lalu saat
berada di dalam rahim Ibuku. Mengalami perubahan setiap bertambah hari, di mana
ada pemahaman yang bertambah mengenai sekelilingmu atau apapun. Begitu pula aku
yang mulai merasa tak lagi sama dengan aku beberapa bulan atau beberapa tahun
yang lalu. Berbeda. Kesadaranku akan rasa lelah yang semakin tinggi.
Hanya
beberapa ratus langkah sudah mengharuskanku untuk letih, lelah, berkeringat (sesaat),
berhenti, baik itu untuk duduk atau hanya berebut oksigen dengan mereka
disekelilingmu. Kurasa lubang hidungku sudah cukup besar untuk berebut lebih
dulu. Tapi sepertinya masih saja kurang yang masuk kedalam paru-paruku. Oh aku
sekarat? Tidak, aku hanya lelah. Kenapa senang sekali mendengar aku sekarat? Belebeh. Aku hanya merasa mudah lelah.
Apakah ini yang sering mereka sebut dengan faktor “u”? Tidak. Tentu saja ini
berbeda. Ada yang salah denganku. Dan memang diriku telah menjadi berbeda. CT
Scan terkadang mengajak bercanda. Wahai tubuh yang kurang mendapat perhatian (khusus)
dulu dan agak ke sekarang ini, maafkanlah sang pemegang kendali otak di kepala
dan hati di dalam rangkaian rusuk memanjang di badan ini. Bukankah memang dalam
kitab disebukan bahwa manusia adalah tempatnya salah dan lupa? Iya memang. Tapi
tidak perlulah itu dilakukan dalam kesengajaan. Karena tanpa sengaja itu sudah
sering terjadi. Tapi tidak kudapati adanya kata “berbeda” yang mengusikku
setiap malam. Mungkin aku hanya manusia yang diuji imannya. Sedang. Diuji.
Untuk pembenaran ke kebenaran. Sesungguhnya apakah pembenaran itu benar-benar
BENAR atau hanya menurut mereka yang melakukan pembenaran? Begitu pula dengan
rasa atau aksi berbeda dari apa yang terjadi padaku benar dirasakan mereka yang
bukan aku sebagai sesuatu yang
memang BERBEDA?
Aku
tidak mengatakan aku berbeda denganmu, dengan kalian, tidak. Aku hanya
menyebutkan aku (agak sekarang) sedikit/banyak berbeda dengan aku (agak dulu).
Terkadang susah menjelaskan ini kepada mereka yang dekat denganmu, yakni
keluarga, sahabat, pacar, teman, atau musuh sekaligus. Lebih senang menjelaskan
padamu wahai catatan yang tak hidup dan tak bernyawa—yang sangat mudah memahami
dan selalu mendengarku dengan arti yang tidak sebenarnya. Sulit mengawali kata
atau pujian atau umpatan apa yang akan kugunakan untuk mengatakan tentang
keluhanku terhadap diriku (sendiri) kepada orangtua. Gilakah itu?
Aku
yakin pasti kamu, atau kalian disana pernah merasakan hal gila semacam ini. Aku
berbeda. Berbeda. Tak lagi tak mudah lelah seperti dulu. Bebeda. Tak lagi hanya
suka menghibur dan tertawa seperti dulu. Berbeda. Tak lagi tak menyembunyikan
apa yang kuungkapkan yang kukatakan telah kusebut kesemuanya. Berbeda. Tak lagi
akan banyak menyisihkan uang untuk membeli keinginan daripada kebutuhan.
Berbeda. Tak lagi akan menyumpal hidung karena aroma rumah sakit yang
menyebalkan dan menyesakkan. Berbeda. Tak lagi bising dengan tangisan yang
meraung di koridor kamar mayat dekat ruangan ICU. Ya, semuanya sudah berbeda.
Karena apa? Tuhan memberi pemahaman lebih? Oh ya! Tuhan memang maha baik. Pecundang
jika kamu mendustakan pemberian Tuhan atas pemahaman-Nya yang di anugerahkan
kepadamu, wahai hamba.
Siapa
yang tidak tahu warna pelangi tidak hanya merah, kuning, dan hijau? Ada yang
tidak tahu, mereka yang (sedang) dalam ketidaklengkapan indera. Jangan naïf. Ya
aku tahu. Aku mengerti. Maaf. Buat apa banyak-banyak menyebut maaf jika itu
tidak bisa merubah yang lalu dan tetap diulangi di masa yang akan datang.
Terkadang diam diharapkan. Terkadang dia dicaci. Mengapa hanya diam?
faid, follow mamah yaa. kamu bisa nulis bagus gini ternyataa cantikturkiye.blogspot.com
BalasHapusYaampun mamaaah~ Apanya ini nulis kawul2 -_-! Aku suka tulisanmu! Moral bgt isinya~ Done ya follow2annya :*
Hapus