7/16/2014

BERBEDA

BERBEDA

Aku bukanlah Tuhan yang bisa mematikan dan menghidupkan manusia secara bersamaan. Aku adalah hamba Tuhan. Yang telah ditiupkan-Nya nyawa 19 tahun yang lalu saat berada di dalam rahim Ibuku. Mengalami perubahan setiap bertambah hari, di mana ada pemahaman yang bertambah mengenai sekelilingmu atau apapun. Begitu pula aku yang mulai merasa tak lagi sama dengan aku beberapa bulan atau beberapa tahun yang lalu. Berbeda. Kesadaranku akan rasa lelah yang semakin tinggi.

Hanya beberapa ratus langkah sudah mengharuskanku untuk letih, lelah, berkeringat (sesaat), berhenti, baik itu untuk duduk atau hanya berebut oksigen dengan mereka disekelilingmu. Kurasa lubang hidungku sudah cukup besar untuk berebut lebih dulu. Tapi sepertinya masih saja kurang yang masuk kedalam paru-paruku. Oh aku sekarat? Tidak, aku hanya lelah. Kenapa senang sekali mendengar aku sekarat? Belebeh. Aku hanya merasa mudah lelah. Apakah ini yang sering mereka sebut dengan faktor “u”? Tidak. Tentu saja ini berbeda. Ada yang salah denganku. Dan memang diriku telah menjadi berbeda. CT Scan terkadang mengajak bercanda. Wahai tubuh yang kurang mendapat perhatian (khusus) dulu dan agak ke sekarang ini, maafkanlah sang pemegang kendali otak di kepala dan hati di dalam rangkaian rusuk memanjang di badan ini. Bukankah memang dalam kitab disebukan bahwa manusia adalah tempatnya salah dan lupa? Iya memang. Tapi tidak perlulah itu dilakukan dalam kesengajaan. Karena tanpa sengaja itu sudah sering terjadi. Tapi tidak kudapati adanya kata “berbeda” yang mengusikku setiap malam. Mungkin aku hanya manusia yang diuji imannya. Sedang. Diuji. Untuk pembenaran ke kebenaran. Sesungguhnya apakah pembenaran itu benar-benar BENAR atau hanya menurut mereka yang melakukan pembenaran? Begitu pula dengan rasa atau aksi berbeda dari apa yang terjadi padaku benar dirasakan mereka yang bukan aku sebagai sesuatu yang memang BERBEDA?

Aku tidak mengatakan aku berbeda denganmu, dengan kalian, tidak. Aku hanya menyebutkan aku (agak sekarang) sedikit/banyak berbeda dengan aku (agak dulu). Terkadang susah menjelaskan ini kepada mereka yang dekat denganmu, yakni keluarga, sahabat, pacar, teman, atau musuh sekaligus. Lebih senang menjelaskan padamu wahai catatan yang tak hidup dan tak bernyawa—yang sangat mudah memahami dan selalu mendengarku dengan arti yang tidak sebenarnya. Sulit mengawali kata atau pujian atau umpatan apa yang akan kugunakan untuk mengatakan tentang keluhanku terhadap diriku (sendiri) kepada orangtua. Gilakah itu?

Aku yakin pasti kamu, atau kalian disana pernah merasakan hal gila semacam ini. Aku berbeda. Berbeda. Tak lagi tak mudah lelah seperti dulu. Bebeda. Tak lagi hanya suka menghibur dan tertawa seperti dulu. Berbeda. Tak lagi tak menyembunyikan apa yang kuungkapkan yang kukatakan telah kusebut kesemuanya. Berbeda. Tak lagi akan banyak menyisihkan uang untuk membeli keinginan daripada kebutuhan. Berbeda. Tak lagi akan menyumpal hidung karena aroma rumah sakit yang menyebalkan dan menyesakkan. Berbeda. Tak lagi bising dengan tangisan yang meraung di koridor kamar mayat dekat ruangan ICU. Ya, semuanya sudah berbeda. Karena apa? Tuhan memberi pemahaman lebih? Oh ya! Tuhan memang maha baik. Pecundang jika kamu mendustakan pemberian Tuhan atas pemahaman-Nya yang di anugerahkan kepadamu, wahai hamba.

Siapa yang tidak tahu warna pelangi tidak hanya merah, kuning, dan hijau? Ada yang tidak tahu, mereka yang (sedang) dalam ketidaklengkapan indera. Jangan naïf. Ya aku tahu. Aku mengerti. Maaf. Buat apa banyak-banyak menyebut maaf jika itu tidak bisa merubah yang lalu dan tetap diulangi di masa yang akan datang. Terkadang diam diharapkan. Terkadang dia dicaci. Mengapa hanya diam?

2 komentar:

  1. faid, follow mamah yaa. kamu bisa nulis bagus gini ternyataa cantikturkiye.blogspot.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yaampun mamaaah~ Apanya ini nulis kawul2 -_-! Aku suka tulisanmu! Moral bgt isinya~ Done ya follow2annya :*

      Hapus