8/11/2014

My Bratha

Ma Bratha

Uuyeeaahh, jika berbicara mengenai keluarga atau saudara, apalagi adik laki-laki yang bawelnya setengah hati terus nyebelinnya tingkat akut, yang kudu pergi nyari ilmu dan bakalan lama gak ketemu, ah itu bikin hati nyess sakitnya. Yah meskipun saat bertemu beradu mulut dan tengkar bawaannya, tapi tiap pamit pergi kemana, terus perginya lama, nah, saat itulah kerasa sedihnya dan gak bakal berani tatap muka! Kalau sampe tatap muka, nggak ada semenit udah jatuh air mata. Itulah cinta! Nggak harus diumbar dan dipamerin! Tapi bukan berarti disembunyiin! Tapi dirasakan, dijalani. Kata salah seorang pujangga, dimana saat hati mulai kerap merindu dan memimpikan, maka benih cinta sudah merasuk hadir. Meski kalimat itu agak klise. Ini kenapa jadi ngomongin cinta?

My bratha, dia adikku yang pertama. Dengan banget sama aku, dalam arti yang tidak sesungguhnya. Dekat dalam arti batiniah-nya. Meski dia seorang adik, bukan berarti tingkahnya kekanakan. Justru aku (selaku kakak) lah yang lebih kekanakan. Dia sering menasehatiku, meskipun dengan kalimat ala anak kecil. Misal nih…

Me: Beli burger yah. Laper.

My Bratha: Nggak usah mbak. Pulang aja, ibuk udah nunggu.

Well, why I can’t refuse it? Of course I can’t!

My bratha, dia berusia 15 tahun, this year. Dia punya niat tulus loh pas ditanya ibuk buat lanjutin SMA.

Mom: Beneran mau di pesantren? Nggak mau di SMA A, SMA B?

My Bratha: Aku pengen hafalan Al-qur’anul karim, buk. Pengen sekolah sambil ngaji. Minta do’anya.

Mom: Jangan minta do’a ke ibuk. Nggak pernah kamu minta juga selalu ibu do’ain. Kamu belajarlah yang bener, ngajinya yang bener. Niat hafalan al-qur’annya semoga diberkahi dan dirahmati sama Allah.

My Bratha: Amin (no sounds came out)

Aku malu disini, bagaimana dia bisa sebijak itu. Bukan iri atau apa, dia sudah jauh melihat kedepan. Tidak, kita tidak berbeda. Hanya lewat jalan yang tidak sama. Namun, jangan menyalahartikan pemahaman keluarga yang sudah mendasari kami (anak-anaknya) dengan dasar agama yang turun-temurun dan insyaallah that’s the way we live gitu!


Setelah liburan panjang dirumah bersama My Bratha, akhirnya mala mini, hari minggu malam, tepat selepas shalat Isya’ adek berangkat. Bismillahirrahmanirrahim, dia melangkah keluar pintu. Mungkin tiga bulan atau empa bulan, atau bahkan lebih. Memang ini terlalu berlebihan, berasa ditinggal mati. Bukan! Hanya saja rumah bakalan sepi. Aku juga besok berangkat ke suatu tempat dua minggu lamanya. Kemudian ke Bandung 2-3 hari, terus berangkat rantau cari ilmu ke Surabaya. Bismillahirrahmanirrahim juga, semoga setiap langkah selalu berada dalam lindungan Allah. Amin ya rabbal alamin. 
I love you, brother. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar