Ma
Bratha
Uuyeeaahh,
jika berbicara mengenai keluarga atau saudara, apalagi adik laki-laki yang
bawelnya setengah hati terus nyebelinnya tingkat akut, yang kudu pergi nyari
ilmu dan bakalan lama gak ketemu, ah itu bikin hati nyess sakitnya. Yah meskipun saat bertemu beradu mulut dan tengkar
bawaannya, tapi tiap pamit pergi kemana, terus perginya lama, nah, saat itulah
kerasa sedihnya dan gak bakal berani tatap muka! Kalau sampe tatap muka, nggak
ada semenit udah jatuh air mata. Itulah cinta! Nggak harus diumbar dan dipamerin!
Tapi bukan berarti disembunyiin! Tapi dirasakan, dijalani. Kata salah seorang
pujangga, dimana saat hati mulai kerap merindu dan memimpikan, maka benih cinta
sudah merasuk hadir. Meski kalimat itu agak klise. Ini kenapa jadi ngomongin
cinta?
My
bratha, dia adikku yang pertama. Dengan banget sama aku, dalam arti yang tidak
sesungguhnya. Dekat dalam arti batiniah-nya. Meski dia seorang adik, bukan
berarti tingkahnya kekanakan. Justru aku (selaku kakak) lah yang lebih
kekanakan. Dia sering menasehatiku, meskipun dengan kalimat ala anak kecil.
Misal nih…
Me:
Beli burger yah. Laper.
My
Bratha: Nggak usah mbak. Pulang aja, ibuk udah nunggu.
Well, why I can’t refuse it? Of
course I can’t!
My
bratha, dia berusia 15 tahun, this year. Dia punya niat tulus loh pas ditanya
ibuk buat lanjutin SMA.
Mom:
Beneran mau di pesantren? Nggak mau di SMA A, SMA B?
My
Bratha: Aku pengen hafalan Al-qur’anul karim, buk. Pengen sekolah sambil ngaji.
Minta do’anya.
Mom:
Jangan minta do’a ke ibuk. Nggak pernah kamu minta juga selalu ibu do’ain. Kamu
belajarlah yang bener, ngajinya yang bener. Niat hafalan al-qur’annya semoga
diberkahi dan dirahmati sama Allah.
My
Bratha: Amin (no sounds came out)
Aku
malu disini, bagaimana dia bisa sebijak itu. Bukan iri atau apa, dia sudah jauh
melihat kedepan. Tidak, kita tidak berbeda. Hanya lewat jalan yang tidak sama.
Namun, jangan menyalahartikan pemahaman keluarga yang sudah mendasari kami (anak-anaknya)
dengan dasar agama yang turun-temurun dan insyaallah that’s the way we live gitu!
Setelah
liburan panjang dirumah bersama My Bratha, akhirnya mala mini, hari minggu
malam, tepat selepas shalat Isya’ adek berangkat. Bismillahirrahmanirrahim, dia
melangkah keluar pintu. Mungkin tiga bulan atau empa bulan, atau bahkan lebih.
Memang ini terlalu berlebihan, berasa ditinggal mati. Bukan! Hanya saja rumah
bakalan sepi. Aku juga besok berangkat ke suatu tempat dua minggu lamanya.
Kemudian ke Bandung 2-3 hari, terus berangkat rantau cari ilmu ke Surabaya.
Bismillahirrahmanirrahim juga, semoga setiap langkah selalu berada dalam
lindungan Allah. Amin ya rabbal alamin.
I love you, brother.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar