Hai Februari, meski aku tak begitu menyukaimu tapi apa daya badan, tak mungkin memilih ingin dilahirkan di bulan apa. Happy Birthday to me. Happy birthday my fat. I'll try to enjoy it to the fullest. And I'll continue to love this life and never stop dreaming--make it, do it. May happiness surround me not only on my (not really) special day, but always.
"The best part of having you as my best friend is the amazing ability we have to act crazy and wild without care in the world. I truly feel as if i can let my hair down when I'm with You" - Friend-
Selamat tinggal belasan.
Aku merasa aku terlalu menyia-nyiakan usia belasanku. Harusnya aku menikmati usia belia, dengan wajah merona, penuh keceriaan, dan muda. Tapi justru setelah meninggalkan belasan, barulah perasaan itu muncul. Usia yang bukan sembarang main-main lagi. Ditambah wajah boros yang tidak bisa dipermainkan.
Jujur, masih sedikit terpukul dan bersyukur masih diberi kelebihan umur dari Allah sang pemiliki kehidupan untuk melanjutkan amanah sebagai khalifah di Bumi, bismillahitawakaltualallah. Semoga pertambahan umurnya barokah dan membawa kemanfaatan.
Sejak usia delapan (3 SD) aku mengira umurku tidak akan lebih dari delapan belas. Saat usia dua belas (8 SMP) aku menganggap paling mentok umurku di angka sembilan belas. Karena satu dan lain hal. Saat usia delapan belas, semuanya semakin baik, meski tidak bisa diprediksi, iya, semuanya semakin baik. Aku percaya mungkin usia tiga puluh aku bisa bertahan, apabila tidak terjadi apa-apa.
Sejak usia delapan bahkan untuk usia anak-anak aku sudah merasa lelah dengan dunia ini. Dunia yang penuh dengan tipu daya, hanya fatamorgana. Di usia itu aku banyak melihat ketidakadilan, pemberontakan, baik secara langsung maupun hanya cerita. Rasanya dunia ini sangat kejam pada saat itu. Perasaan itu suka datang dan pergi sesukanya. Seperti angin. Masih dipermainkan oleh imajinasi dan euphoria anak-anak.
Sekarang, semuanya harus dipikir matang sebelum memutuskan. Semakin bertambah usia aku semakin sedih. Semakin banyak dosa yang harus kutanggung, semakin dalam rasa kesalku pada dunia yang kejam ini, semakin tak berguna keberadaanku yang penuh omong kosong. Tapi tidak, pikiran dangkal itu harus dihilangkan. Aku harus bersyukur masih diberi kesempatan Allah untuk memperbaiki keburukan, memanfaatkan umur baru untuk membahagiakan orang-orang yang menyayangimu, memaafkan kesalahan agar tidak menjadi bara dalam hati. Meski hati panas jangan biarkan kepala mengikutinya.
Allah menunjukkan hal-hal indah di dunia yang mana aku bisa memberikan sedikit manfaat bagi mereka. Berkat mereka aku sedikit merasa lega masih ada di dunia, bercengkarama dengan perebut oksigen yang lain, penjajah waktu yang lain, penggila buku yang lain, dan penikmat kehidupan yang lain. Terimakasih kepada teman-teman semuanya yang selalu memberi support. Semoga kalian selalu diberkahi dan dirahmati Allah. Amin.
Tidak bisa menampik aku sedih dengan usia sekarang. Tapi aku harus bahagia demi siapa lagi jika bukan untuk diriku sendiri, orang-orang terkasihku, orang-orang disekelilingku. Semoga langkahku selalu diridhoi dan berpendar meski hanya siluet, meski hanya bayangan. Agar diri ini selalu mengintropeksi diri terlebih dahulu sebelum mengomentari orang lain atau hal lain yang bisa saja tidak perlu dikomentari. Semoga dijaga semua indra agar tidak menyakiti, tidak melukai, tidak menghakimi dan tidak menjadi pemasok dosa handal di usia yang semakin bertambah (berkurang).
Selamat datang, puluhan.
Terimakasih kepada orang tua yang selalu mendoakan tanpa meminta. *bow*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar