2/21/2015

Sentuhan dari Balik Pagar Besi

Hembusan angin malam menyelinap kedalam jaket tebalku. Aku merapatkannya,  melilitkan syal di leherku lebih erat dan memasukkan tanganku kedalam saku. Meski dingin aku tetap berjalan, menyusuri malam muda ditemani salju ketiga minggu ini.
Aku sengaja lewat jalan memutar demi aroma penuh candu dari rumah yang selalu membuat minuman teman santai yang menenangkan. Meski hanya lewat aku cukup puas, aku sudah meninggalkan separuh hatiku disana. Di depan pagar besi tua yang tinggi menjulang.
Setelah sampai, aku berhenti tepat di depan pagar besi tua yang tegap. Aku menyesap aroma hangat dari dalam. Hangat merayap di sela-sela rambutku. Pagar itu memiliki satu lubang setinggi pundakku yang sering kumanfaatkan untuk melihat aktivitas dari dalam. Hanya taman yang kudapati. Kemudian aku menyandarkan tubuhku di pagar besi, membohongi dingin tubuh dengan hangat semunya.
“Aaak!” Aku tersentak saat sentuhan terasa di pundakku. Aku berbalik dan mendapati tangan bersih berisi dari dalam sana. Tangan lelaki.
“Mau berbagi denganku?” Suara berat dan tertahan tanpa tahu bagaimana rupa wajahnya menawariku segelas panas minuman berwarna gelap dan wangi.
“Emm” Aku mengiakan dan menerima cangkir itu sebagai jawaban dari separuh hatiku yang tertinggal disini.

**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar