6/06/2015

Terima Kasih, Aku punya Kalian



Terkadang mengucapkan terimakasih lewat tulisan jauh lebih mudah dibandingkan secara langsung. Begitu juga menyampaikan perasaan, terkadang lewat tulisan lebih mudah dipahami. Wahai sang penjelajah rasa.

Konon, cinta itu tumbuh karena terbiasa. Konon, suka itu dari mata jatuh ke hati—keseret ke perut terus bikin kupu-kupu gentayangan. Konon, anak perempuan itu lebih dekat dengan Ayah. Konon seorang anak ‘jatuh cinta’ pertama adalah kepada orangtuanya. Jika itu benar, maka saya salah satunya. Mengagumi sosok orangtua yang tulus adanya mengasihi kita. Pernah mereka meminta upah? Pernah mereka minta pujian atas jasanya merawatmu? Pernah mereka membuka aib kamu kepada orang asing? Sungguh tak bisa disejajarkan dengan apa yang telah saya lakukan untuk mereka. Huft.

“Urusan dunia itu sudah ditulis sama Allah, urusan akhirat ada di tanganmu. Tinggal kamu memilih untuk memenuhi catatan pundak kanan atau kiri.” Mum selalu memberikan petuah-petuah kehidupan dibumbui agama. Love you.

Ibu tidak pernah muluk-muluk meminta anaknya untuk ini dan itu. Beliau selalu tidak lupa untuk mengingatkan untuk ibadah. Niat yang baik tiap melakukan segala sesuatu. Membaca bismillah jangan lupa. Jangan lupa makan, minum obat, vitaminnya jangan lupa diminum. Mandinya yang rajin.

“Hidup orang lain bukan milikmu, hidupmulah milikmu.” Dad ini memang paling bisa bikin gemetaran. Love you.

Beda lagi dengan sosok yang membuatku selalu jatuh cinta, mengingatkan untuk tidak bermegah, karena itu tidak akan membawamu pada damai kubur. Jangan sakiti lambungmu, makan teratur. Olahraga. (Tahu banget saya mager)

Perkara tauladan yang paling sempurnanya ummah, ya Rasulullah. Kebaikannya kaffah tidak setengah-setengah, konsistensinya tidak putus ditengah jalan. Jelas tidak ada yang rugi ittiba’ dengan jalan rasul.

Oh ya, saya suka naik motor. Yang pertama kali membuatku ingin bisa mengendarai motor adalah om (karena doi memboncengku saat sembilan). Kecepatan penuh membuatku berpikir itu keren. Akhirnya setelah bisa mengendarai motor, justru menyalahgunakannya. Mohon maaf saya pernah mengalami masa kelam bersama anak motor lainnya. Namun om mengajarkanku banyak hal, tidak hanya berpikir mengendarai dengan kecepatan penuh itu keren. Tapi, profesinya yang tak semua orang segan, yaitu polisi, membuatku berpikir betapa keras dan berat tanggung jawabnya. Dedikasi untuk pekerjaannya begitu tinggi, bangun dini hari, pulang sore—bahkan malam—tak sekalipun membuatnya mengeluh. Begitu mengayomi keluarga kecilnya. Semangat om, love you.

Perkara umur tidak menjadikan yang lebih muda tidak bisa jadi inspirator. Dia adalah remaja awal yang baru menginjakkan kakinya setahun belakangan ini di lingkungan pesantren. Dia dengan senang hati merelakan masa-masa di rumah.

“Toh nanti rindunya dibayar pas libur sekolah, mbak.” Katanya polos.

“Ya kangen, tapi kan di pondok juga semuanya pada jauh dari rumah. Mau iri ke siapa? Kita hidup disini sama.” Itu kalimat yang kerap jadi andalannya saat ditengokin di pesantren ditanya, ‘kamu kangen rumah gak?’ maka begitulah jawabannya.

Saat dia ditawari mau dibawain dari rumah dia jawab singkat padat meski tidak sepenuhnya jelas.

“Tidak usah, bawa yang bisa dimakan rame-rame di ruangan pondok muhajirin dua buuk,” Katanya ke Ibu.

Dia begitu sadar hidup di pesantren itu apapun serba sederhana. Makan, pakaian, peralatan dan perlengkapan di kamar semuanya sama . Tidak ada bedanya fasilitas anak pejabat atau petani biasa seperti dia. Love you, brotha.

Saya belajar banyak hal dari mereka yang mengajarkan kebaikan. Oknum HS, dia adalah aktris dari negeri ginseng yang entah mengapa membuat saya begitu mengagumi sosoknya. Dia sosok perempuan tangguh yang memulai karirnya dari nol. Meski dia bergelut di dunia hiburan yang konon katanya keras, namun dia tidak melupakan pendidikannya. Dia lulusan S1 Filsafat dan S2 Seni. Dia pandai bermain music, gitar dan piano. Pandai melukis, dia konsentrasi abstrak. Sudah menyelesaikan sekitar tiga novel yang ketiganya penuh dengan nilai filsafat dan seni. Dia perempuan yang cerdas. Artis yang serba bisa dan memanfaatkan kekurangan untuk kelebihannya.

Mengenal sosoknya lebih dari lima tahun membuat Saya begitu terinspirasi dengan kerja kerasnya, semangat belajarnya dan tidak pernah menyerah meski begitu banyak nada tidak senang dilayangkan padanya. Dia perempuan mandiri, bijaksana dan well…she is always impress me no matter what.

Terkasih guru-guru inspirasi dari SD hingga SMA, mereka luar biasa tidak pernah mengeluh punya murid sepertiku. Pecahin kaca kantor di SD gara-gara main kasti pas istirahat. Main gak jelas saat pelajaran dimulai. Main perosotan di dinding tangga, dan mendapat tatapan khawatir saat SMA. Saya rindu kalian guru-guruku tersayang.

Teman dan Sahabat yang selalu ada disaat suka duka luka bahagia bahkan tanpa rasa. Terinspirasi dengan semangat pertemanan kalian, kuatnya kalian bertahan dengan sosok seperti saya yang begini adanya. Kalian luar biasa.

Kepada Michael Buble yang lagunya selalu menginspirasi saya segera membuka lembar baru untuk menuliskan imajinasi. Liriknya menyentuh, nadanya syahdu. Membuat usaha sebelum sepertiga malam terlelap selalu gagal dan membuatku terlambat bangun. Tapi, kekuatan lagunya sangat menginspirasi, tenang dan dinamis.

Inspirator selanjutnya adalah tulisan Tere-Liye yang selalu mengajarkan untuk berpikir positif dan tidak gegabah. Kemudian tulisan Kak Susan yang menambahkan ilmu-ilmu agama dalam setiap novelnya yang membuat saya belajar tanpa beban dari tulisannya. Kalian hebat.


Terima Kasih, Aku punya Kalian~

#WritingChallenge #Inspirator #BloggerHIUnair2012 #With #Alya #Dawud #Mahrita #Mayka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar