Terkadang
mengucapkan terimakasih lewat tulisan jauh lebih mudah dibandingkan secara
langsung. Begitu juga menyampaikan perasaan, terkadang lewat tulisan lebih
mudah dipahami. Wahai sang penjelajah rasa.
Konon,
cinta itu tumbuh karena terbiasa. Konon, suka itu dari mata jatuh ke
hati—keseret ke perut terus bikin kupu-kupu gentayangan. Konon, anak perempuan
itu lebih dekat dengan Ayah. Konon seorang anak ‘jatuh cinta’ pertama adalah
kepada orangtuanya. Jika itu benar, maka saya salah satunya. Mengagumi sosok
orangtua yang tulus adanya mengasihi kita. Pernah mereka meminta upah? Pernah
mereka minta pujian atas jasanya merawatmu? Pernah mereka membuka aib kamu
kepada orang asing? Sungguh tak bisa disejajarkan dengan apa yang telah saya
lakukan untuk mereka. Huft.
“Urusan
dunia itu sudah ditulis sama Allah, urusan akhirat ada di tanganmu. Tinggal
kamu memilih untuk memenuhi catatan pundak kanan atau kiri.” Mum selalu
memberikan petuah-petuah kehidupan dibumbui agama. Love you.
Ibu
tidak pernah muluk-muluk meminta anaknya untuk ini dan itu. Beliau selalu tidak
lupa untuk mengingatkan untuk ibadah. Niat yang baik tiap melakukan segala
sesuatu. Membaca bismillah jangan
lupa. Jangan lupa makan, minum obat, vitaminnya jangan lupa diminum. Mandinya
yang rajin.
“Hidup
orang lain bukan milikmu, hidupmulah milikmu.” Dad ini memang paling bisa bikin
gemetaran. Love you.
Beda
lagi dengan sosok yang membuatku selalu jatuh cinta, mengingatkan untuk tidak
bermegah, karena itu tidak akan membawamu pada damai kubur. Jangan sakiti lambungmu,
makan teratur. Olahraga. (Tahu banget saya mager)
Perkara
tauladan yang paling sempurnanya ummah,
ya Rasulullah. Kebaikannya kaffah tidak setengah-setengah,
konsistensinya tidak putus ditengah jalan. Jelas tidak ada yang rugi ittiba’ dengan jalan rasul.
Oh ya,
saya suka naik motor. Yang pertama kali membuatku ingin bisa mengendarai motor
adalah om (karena doi memboncengku saat sembilan). Kecepatan penuh membuatku
berpikir itu keren. Akhirnya setelah
bisa mengendarai motor, justru menyalahgunakannya. Mohon maaf saya pernah
mengalami masa kelam bersama anak motor lainnya. Namun om mengajarkanku banyak
hal, tidak hanya berpikir mengendarai dengan kecepatan penuh itu keren. Tapi, profesinya yang tak semua
orang segan, yaitu polisi, membuatku berpikir betapa keras dan berat tanggung
jawabnya. Dedikasi untuk pekerjaannya begitu tinggi, bangun dini hari, pulang
sore—bahkan malam—tak sekalipun membuatnya mengeluh. Begitu mengayomi keluarga
kecilnya. Semangat om, love you.
Perkara
umur tidak menjadikan yang lebih muda tidak bisa jadi inspirator. Dia adalah
remaja awal yang baru menginjakkan kakinya setahun belakangan ini di lingkungan
pesantren. Dia dengan senang hati merelakan masa-masa di rumah.
“Toh
nanti rindunya dibayar pas libur sekolah, mbak.” Katanya polos.
“Ya
kangen, tapi kan di pondok juga semuanya pada jauh dari rumah. Mau iri ke
siapa? Kita hidup disini sama.” Itu kalimat yang kerap jadi andalannya saat
ditengokin di pesantren ditanya, ‘kamu kangen rumah gak?’ maka begitulah
jawabannya.
Saat
dia ditawari mau dibawain dari rumah dia jawab singkat padat meski tidak
sepenuhnya jelas.
“Tidak
usah, bawa yang bisa dimakan rame-rame di ruangan pondok muhajirin dua buuk,”
Katanya ke Ibu.
Dia
begitu sadar hidup di pesantren itu apapun serba sederhana. Makan, pakaian,
peralatan dan perlengkapan di kamar semuanya sama . Tidak ada bedanya fasilitas
anak pejabat atau petani biasa seperti dia. Love
you, brotha.
Saya
belajar banyak hal dari mereka yang mengajarkan kebaikan. Oknum HS, dia adalah
aktris dari negeri ginseng yang entah mengapa membuat saya begitu mengagumi
sosoknya. Dia sosok perempuan tangguh yang memulai karirnya dari nol. Meski dia
bergelut di dunia hiburan yang konon katanya keras, namun dia tidak melupakan
pendidikannya. Dia lulusan S1 Filsafat dan S2 Seni. Dia pandai bermain music,
gitar dan piano. Pandai melukis, dia konsentrasi abstrak. Sudah menyelesaikan
sekitar tiga novel yang ketiganya penuh dengan nilai filsafat dan seni. Dia perempuan
yang cerdas. Artis yang serba bisa dan memanfaatkan kekurangan untuk
kelebihannya.
Mengenal
sosoknya lebih dari lima tahun membuat Saya begitu terinspirasi dengan kerja
kerasnya, semangat belajarnya dan tidak pernah menyerah meski begitu banyak
nada tidak senang dilayangkan padanya. Dia perempuan mandiri, bijaksana dan well…she is always impress me no matter what.
Terkasih
guru-guru inspirasi dari SD hingga SMA, mereka luar biasa tidak pernah mengeluh
punya murid sepertiku. Pecahin kaca kantor di SD gara-gara main kasti pas
istirahat. Main gak jelas saat
pelajaran dimulai. Main perosotan di dinding tangga, dan mendapat tatapan
khawatir saat SMA. Saya rindu kalian guru-guruku tersayang.
Teman
dan Sahabat yang selalu ada disaat suka duka luka bahagia bahkan tanpa rasa.
Terinspirasi dengan semangat pertemanan kalian, kuatnya kalian bertahan dengan
sosok seperti saya yang begini adanya. Kalian luar biasa.
Kepada
Michael Buble yang lagunya selalu menginspirasi saya segera membuka lembar baru
untuk menuliskan imajinasi. Liriknya menyentuh, nadanya syahdu. Membuat usaha
sebelum sepertiga malam terlelap selalu gagal dan membuatku terlambat bangun.
Tapi, kekuatan lagunya sangat menginspirasi, tenang dan dinamis.
Inspirator
selanjutnya adalah tulisan Tere-Liye yang selalu mengajarkan untuk berpikir
positif dan tidak gegabah. Kemudian tulisan Kak Susan yang menambahkan
ilmu-ilmu agama dalam setiap novelnya yang membuat saya belajar tanpa beban
dari tulisannya. Kalian hebat.
Terima Kasih,
Aku punya Kalian~
#WritingChallenge #Inspirator #BloggerHIUnair2012 #With #Alya #Dawud #Mahrita #Mayka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar