1/06/2016

Sebentar


Jengah kulihat burung-burung itu hanya hinggap, sebentar, kemudian pergi.
Walaupun kutahu hidup ini juga seperti burung itu, hanya hinggap, sebentar, kemudian pergi.

Kulihat ranting yang dihinggapi itu diam saja. Kebetulan kulihat Kutilang bercinta disana. Sebentar saja mereka hinggap, kemudian pergi.

Tak lama seekor Elang hinggap, membuat rating yang tidak terlalu besar itu bergoyang, beberapa daun lepas dari untaiannya. Beberapa sengaja menjatuhkan diri, takut. Sebentar saja dia. Kemudian pergi.

Seperti kamu, datang-datang membawa cinta. Entah lelah atau bosan kemudian kamu pergi. Ya, itu juga hanya sebentar.

Kuhapus ingatan, kubidik satu gambar. Burung Gereja yang menggigit rumput kering. Penuh paruhnya menampung calon sangkar. Dia hanya singgah, menepis lelah. Sebentar, kemudian kembali terbang. Membangun sangkar.

Setelah lelah memandang keatas sana, aku membawa tripod dan kameraku pergi. Mencari objek lain. Yang bisa dibidik. Yang bisa diabadikan di persinggahanku yang singkat di kota ini.

Kuhidu angin yang tak sengaja lewat. Membawa aroma basah. Sebentar, kemudian angin juga lekas pergi—menyampaikan pesan hujan.

Setelah seharian pelesir kota tua ini, aku pulang. Hanya sebentar saja, tapi kusempatkan.

Januari, 06-2016 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar