Raut Wajahnya
Dikirimnya pesan pendek malam itu.
"Thankyou buat bantuannya selama di Berlin. Salam buat Lena."
Antara senang dan tidak senang. Aku senang mendapatkan pesan darinya. Tapi aku ingin melihat raut wajahnya. Aku ingin melihat keryit dahinya saat mengetik huruf demi huruf di ponselnya.
"My pleasure, Din. Senang bisa kenal orang yang asyik kayak kamu."
Aku geram ingin dia melihat wajahku saat aku mengetik kata demi
kata yang kukirimkan untuknya. Aku senang membalas pesannya. Tapi aku ingin
melihat raut wajahnya saat membaca pesanku.
Aku ingin melihat raut wajahnya saat aku mengatakan bahwa Lena
dan Aku adalah seperti kisah yang tak usai. Bahkan kisahku dengan Lena tak
pasti kapan dimulainya.
Ingin kukatakan pada Dina bahwa Lena sedang memulai kisahnya
sendiri, tanpaku. Jadi ingin kulihat raut wajahnya saat aku mengatakan itu.
Entah mengapa Dina menitip salam untuk Lena. Tau apa Ia tentang
Lena? Dia anggap Aku siapanya Lena? Tapi aku tetap ingin melihat raut wajahnya
saat melihatku.
Salam dari Hamal untuk Dina.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar