4/02/2016

April, 01-2016

Kisah tak Usai

Kemarin, kamu berkomentar tentang kumpulan puisi pendek di bukuku.

Terpapar cintamu ke semesta.
Tengkulak dia yang mencari-cari.
Kau diam tak pernah sedikitpun memberikan harap hampa.
Kau berkata pada semesta tentang semua.
Tentang Dia yang membolak-balikkan perasaan.
Tentang dunia yang melakukan konspirasi pada hati.
Dan tentang aku yang memuja.

“Hei, ternyata tulisanmu semanis ini. Kenapa orangnya seperti ini?” Senyum itu kerap membuat hatiku gontai.

Aku menghiraukan kalimatmu. Sengaja aku tidak membalasnya. Diam kulihat kamu masih membolak-balikkan bukuku.

Biarlah melodi ini yang membimbingku.
Menarikmu tenggelam dalam dekapan.
Memelukmu dengan aroma nada cinta.
Meski tetap semesta yang memenangkannya.

“Like seriously tulisan kamu manis banget. Beruntung banget dia yang ditulis dalam puisi ini.” Hatiku melengos mendengar pernyataan itu.

“Hanya kisah, Len.” Kupanggil nama Lena penuh risau.

“Jadi ini sebuah kisah?” kamu masih asyik dengan bukuku di tanganmu.

“Mm-hm. . .” Aku diam beberapa detik kemudian melanjutkan kalimatku, “Kisah yang tak usai.”

“How sad.” Kamu melihatmu jengkel kemudian menutup buku itu dan meletakkannya di meja yang menjadi penyangga dua pasang lengan. Milikku dan milikmu.

“Apanya yang sedih sih Len? Duh cewek kayak kamu itu suka kebawa perasaan deh.”

“Ih tapi sedih. Main twist gitu ceritanya, emang itu pengalaman pribadi kamu?”

“Hnng?” Aku mengeryitkan dahi bertanya.

“Puisinya?”

“Dari pengalaman yang tak usai, Len. Kepo deh.”

Kisah yang tak usai itu antara Kamu dan Aku. Yang tak pernah pasti kapan dimulainya, tak tahunya berakhir.


Semoga kisahmu berakhir bahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar