Kisah tak Usai
Kemarin, kamu berkomentar tentang kumpulan puisi pendek di
bukuku.
Terpapar cintamu ke semesta.
Tengkulak dia yang mencari-cari.
Kau diam tak pernah sedikitpun memberikan harap hampa.
Kau berkata pada semesta tentang semua.
Tentang Dia yang membolak-balikkan perasaan.
Tentang dunia yang melakukan konspirasi pada hati.
Dan tentang aku yang memuja.
“Hei, ternyata tulisanmu semanis ini. Kenapa orangnya seperti
ini?” Senyum itu kerap membuat hatiku gontai.
Aku menghiraukan kalimatmu. Sengaja aku tidak membalasnya. Diam kulihat
kamu masih membolak-balikkan bukuku.
Biarlah melodi ini yang membimbingku.
Menarikmu tenggelam dalam dekapan.
Memelukmu dengan aroma nada cinta.
Meski tetap semesta yang
memenangkannya.
“Like seriously tulisan kamu manis banget. Beruntung banget dia
yang ditulis dalam puisi ini.” Hatiku melengos mendengar pernyataan itu.
“Hanya kisah, Len.” Kupanggil nama Lena penuh risau.
“Jadi ini sebuah kisah?” kamu masih asyik dengan bukuku di
tanganmu.
“Mm-hm. . .” Aku diam beberapa detik kemudian melanjutkan
kalimatku, “Kisah yang tak usai.”
“How sad.” Kamu melihatmu jengkel kemudian menutup buku itu dan
meletakkannya di meja yang menjadi penyangga dua pasang lengan. Milikku dan
milikmu.
“Apanya yang sedih sih Len? Duh cewek kayak kamu itu suka kebawa
perasaan deh.”
“Ih tapi sedih. Main twist gitu ceritanya, emang itu pengalaman
pribadi kamu?”
“Hnng?” Aku mengeryitkan dahi bertanya.
“Puisinya?”
“Dari pengalaman yang tak usai, Len. Kepo deh.”
Kisah yang tak usai itu antara Kamu dan Aku. Yang tak pernah
pasti kapan dimulainya, tak tahunya berakhir.
Semoga kisahmu berakhir bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar