Sebenarnya Tidak Ingin.
Aku bukan tipe-tipe manusia yang berhati lembut dan penuh kasih
sayang. Bukan pula pemaaf hanya dengan kata maaf. Bukan pula bahagia hanya
dengan kata terimakasih. Aku hanya tidak begitu naïf.
Bahkan seringkali tidak bersyukur dengan apa yang dimiliki.
Sering melupakan nikmat-nikmat kecil yang mungkin saja berarti besar buat orang
lain. Sering pula menertawai kesedihan yang mungkin saja sangat menyakitkan
buat orang lain.
Aku merasa sekarang sedang diganjar atas perilakuku yang demikian
itu. Sekarang semuanya berbeda. Aku amat sangat mensyukuri setiap hari yang
kumiliki jauh lebih banyak dari sebelumnya. Aku juga berusaha bahagia dengan
hal-hal kecil yang kudapati. Tidak lagi menertawai kesedihan orang lain, hal
itu kurasa sangat jahat. Aku merasa sangat bersalah.
Semuanya berubah ketika waktu berjalan, dan aku, terbawa begitu
saja. Badanku tidak seperti dulu lagi. Ada yang salah dengan organ dalamku. Ada
yang harus diobati. Hatiku.
Aku patah hati? Penyakit apa itu patah hati? Penyakit
dibuat-buat. Hatiku bukan hati yang itu. Ini liver. L i v e r. Sedihnya gak
bisa dijelaskan dengan kata-kata pertama mendengar diagnosa itu. Rasanya tidak
ingin bicara pada siapapun. Rasanya tidak ingin mengatakannya pada siapapun.
Rasanya ingin kusimpan semuanya sendiri. Rasanya tidak perlu orang lain
susah-susah mengkhawatirkanku.
Sebenarnya tidak ingin.
Aku tidak ingin orang tuaku, merasa bersalah jika memintaku ini
dan itu karena liverku. Mereka tidak ingin membuatku lelah. Aku tidak ingin
itu. Aku ingin mereka bersikap biasa saja, tidak perlu mengistimewakan aku.
Aku tidak ingin sahabat dan teman-temanku, merubah perilaku
mereka jadi klan yang mengasihaniku. Seolah-olah mereka akan berteman dan baik
padaku karena liverku, bukan karena aku. Aku tidak ingin itu.
Sebenarnya tidak ingin.
Sebenarnya tidak ingin menceritakan ini pada siapapun. Tapi aku
hanya ingin berbagi cerita biar tidak dibilang sok misterius. Hanya ingin
berbagi pengalaman dan pelajaran. Bukan untuk diistimewakan. Bukan untuk dikasihani.
Aku hanyalah aku, hiduplah denganku, bertemanlah denganku, bermainlah denganku,
layaknya bermain dengan aku yang sebelumny. Aku hanya tidak ingin dicap sebagai
anak manja. Aku tidak ingin pertemanannya didasarkan pada rasa kasihan.
Sebenarnya tidak ingin.
-F-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar