10/15/2016

Sebenarnya Tidak Ingin.

Sebenarnya Tidak Ingin.

Aku bukan tipe-tipe manusia yang berhati lembut dan penuh kasih sayang. Bukan pula pemaaf hanya dengan kata maaf. Bukan pula bahagia hanya dengan kata terimakasih. Aku hanya tidak begitu naïf.

Bahkan seringkali tidak bersyukur dengan apa yang dimiliki. Sering melupakan nikmat-nikmat kecil yang mungkin saja berarti besar buat orang lain. Sering pula menertawai kesedihan yang mungkin saja sangat menyakitkan buat orang lain.

Aku merasa sekarang sedang diganjar atas perilakuku yang demikian itu. Sekarang semuanya berbeda. Aku amat sangat mensyukuri setiap hari yang kumiliki jauh lebih banyak dari sebelumnya. Aku juga berusaha bahagia dengan hal-hal kecil yang kudapati. Tidak lagi menertawai kesedihan orang lain, hal itu kurasa sangat jahat. Aku merasa sangat bersalah.

Semuanya berubah ketika waktu berjalan, dan aku, terbawa begitu saja. Badanku tidak seperti dulu lagi. Ada yang salah dengan organ dalamku. Ada yang harus diobati. Hatiku.

Aku patah hati? Penyakit apa itu patah hati? Penyakit dibuat-buat. Hatiku bukan hati yang itu. Ini liver. L i v e r. Sedihnya gak bisa dijelaskan dengan kata-kata pertama mendengar diagnosa itu. Rasanya tidak ingin bicara pada siapapun. Rasanya tidak ingin mengatakannya pada siapapun. Rasanya ingin kusimpan semuanya sendiri. Rasanya tidak perlu orang lain susah-susah mengkhawatirkanku.

Sebenarnya tidak ingin.

Aku tidak ingin orang tuaku, merasa bersalah jika memintaku ini dan itu karena liverku. Mereka tidak ingin membuatku lelah. Aku tidak ingin itu. Aku ingin mereka bersikap biasa saja, tidak perlu mengistimewakan aku.

Aku tidak ingin sahabat dan teman-temanku, merubah perilaku mereka jadi klan yang mengasihaniku. Seolah-olah mereka akan berteman dan baik padaku karena liverku, bukan karena aku. Aku tidak ingin itu.

Sebenarnya tidak ingin.

Sebenarnya tidak ingin menceritakan ini pada siapapun. Tapi aku hanya ingin berbagi cerita biar tidak dibilang sok misterius. Hanya ingin berbagi pengalaman dan pelajaran. Bukan untuk diistimewakan. Bukan untuk dikasihani. Aku hanyalah aku, hiduplah denganku, bertemanlah denganku, bermainlah denganku, layaknya bermain dengan aku yang sebelumny. Aku hanya tidak ingin dicap sebagai anak manja. Aku tidak ingin pertemanannya didasarkan pada rasa kasihan.

Sebenarnya tidak ingin.


-F-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar