Test. . .
Ngomongin
masalah pilihan itu terkadang menjengkelkan, karena banyak masyarakat ini
menyukai Iwan Fals, kan tahu sendiri ada satu lagunya yang berjudul “Bukan Pilihan”.
Oke basa basi ini basi sekali.
Hidup
ini akan terasa begitu hambar jika tidak disajikan dengan pilihan. Pilihan
untuk memilih meninggalkan atau menyakiti. Pilihan untuk bersabar atau asal
lara hati. Pilihan untuk mendua atau ingkar janji. Pilihan untuk tersenyum atau
berbohong. Pilihan untuk tinggal atau tersakiti. Semua itu merupakan pilihan
yang tak banyak orang akan meninggalkan pilihan tersebut danmencari alternatif
lain, menghindari adanya hati yang tersakiti.
Apakah
dibalik pilihan ada penyesalan? Beberapa mengatakan demikian—ADA. Kenapa?
Karena setiap pilihan ada kenikmatan dan konsekuensi. <__< (ini ngomong
apa sih?)
Seorang remaja awal yang sedang
berada di sebuah toko aksesoris diam. Nanar. Seolah sedang bermuram durja. Dia
terlihat sedang menatap bergantian sepasang kaos bertuliskan I love him-I love her dan sepasang gelang benang warna warni. Dia berniat
membelikan kekasih barunya hadiah. Tapi. . .isi di dalam dompetnya hanya cukup
buat korek kuping. Akhirnya dia memilih
untuk membeli sepasang gelang dengan gantungan separuh hati di masing-masing
gelang berwarna warni itu. Maka dia sudah menerima konsekuensi dan kenikmatannya. Konsekuensinya
adalah dia akan menyesal karena iri melihat pasangan abege lain yang
memakainya. Kenikmatannya adalah, dia masih bisa romantis-romantisan dengan isi
dompet kempes.
Lalu
bagaimana jika yang menjadi pilihan adalah kalian? Pilihan akhir. Penentu.
Meski dengan keterpaksaan. Dipilih karena terpaksa. Tentu saja rasanya sakit jika sengaja tak
sengaja mengetahuinya. Bag deretan titik warna warni yang disebar di sebuah
garis, maka Pilihan (terpaksa) akhir itupun berada di titik edar paling ujung (belakang).
Pilihan (terpaksa) akhir ini tidak hanya saat mengambil keputusan atau
menentukan sesuatu. Bisa saja saat seorang datang padamu, dia melakukan itu
karena telah diketahui dia sudah datang ke beberapa orang sebelum kamu,
tertolak akhirnya stok akhir ada di
kamu. Semacam itu. . .
Hal
itu bukan tanpa alasan. Setiap orang memiliki level rasa nyamannya pada
seseorang, bahkan untuk masalah sepele (mincing, nyalon, curhat, jalan bareng,
jogging, nge-gym). Bisa saja kamu
berada di pilihan terakhir, karena kamu tidak memberi rasa nyaman. Karena kamu
pas mincing suka mincing yang nggak-nggak. Karena kamu pas nyalon suka ketiduran
dan bikin mbak-mbak salonnya salting dan dia merasa malu ngajakin kamu. Karena
kamu tidak sesuai dengan karakternya. Karena jalan pikiranmu berbeda dengannya.
Karena terlalu banyak ketidaksesuaian yang akan membuatnya semakin saltum jika
harus memposisikanmu di pilihan awal.
Tapi
tidak selamanya pilihan (terpaksa) akhir semenyakitkan itu. Adakala dimana dia
akan bersyukur karena meletakkan posisimu di akhir, mungkin sebagai guard. (Plis ini bukan permainan bola
atau softball) Sehingga dia akan
merasa lega karena belum tentu dia mendapat apa yang dia mau pada pilihan
sebelumnya. Meskipun pada awalnya terpaksa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar