7/04/2014

Surat(an)



Surat, menyenangkan menulis sebuah surat di waktu sekarang. Rasanya seperti berjalan mundur dan meletakkan ponsel—yang menjadi media pengirim surat yang paling cepat kepada penerima sekarang ini. Akan terasa berbeda sensasinya jika menulis surat dengan jari telanjang ditemani tinta dari pulpen. Apalagi mendapat surat dari Tuhan, luar biasa sensasi yang dirasakan. Di Al-qur’an, 144 surat untuk kita, itu adalah dari Tuhan. Luar biasa kan sensasinya? Tentu saja. Tuhan juga menuliskan surat untuk SETIAP manusia di bumi, SURATAN, atau beberapa menyebutnya suratan takdir, atau disebut sebagai qada’ maupun qadar dalam islam.

Apakah takdir tidak bisa diubah? Siapa bilang tidak? Tidak bisa mengubah takdir yang sudah terjadi atau sedang terjadi. Ditakdirkan terlahir oleh Ibumu, tidak bisa protes pada Tuhan untuk mengembalikanmu dan memindahkannya ke rahim orang lain. Telah tertulis dalam suratan bahwa dirimu akan membaca tulisan ini (sekarang), tidak bisa kamu membalikkan waktu kembali saat belum membaca ini. Namun, tidak dipungkiri ada takdir atau suratan Tuhan yang bisa diubah. Apa saja itu? Umur, rejeki, dan kesehatan.

Umur, Tuhan menuliskan dalam suratanmu bahwa akan kembali jiwamu padaNya suatu saat nanti, tapi setiap hari kamu melakukan kebaikan, berbakti pada orang tua, beramal budi pekerti baik, maka Tuhan akan memberimu umur panjang. Rejeki, Tuhan yang menuliskan kamu yang menentukan. Saat kamu bekerja di sebuah perusahaan sebagai karyawan marketing yang rajin, bekerja dengan ikhlas, giat, cekatan lagi. Kamu tidak pernah mengeluh, dan berusaha dengan keras untuk memaksimalkan hasil kerja agar perusahaan dapat untung, maka usaha yang kamu lakukan tidak akan terbang lebas tertiup angin. Karena chief director ternyata melirik cara kerjamu dan kamu diangkat menjadi staff manager yang lebih baik karirnya daripada sebelumnya. Kemudian kesehatan, siapa yang akan memilih sakit jika disana ada pilihan untuk sehat? Tapi Tuhan baik. Tuhan memberi sakit. Kenapa? Karena Tuhan ingin menunjukkan betapa indah, betapa nikmat, betapa bahagianya saat sehat. Saat kamu diberi rasa sakit, kamu berusaha untuk menyembuhkannya, tetap berdoa, memohon kesembuhan, dan kamu sembuh.

Semua sudah tertulis, ditulis oleh-Nya. Lalu apakah akan kamu protes suratan dari Tuhan itu? Tak ada satupun orang di dunia ini yang akan memilih sakit dan mengingkari sehat. Sungguh bersyukur para penerima kesehatan dari Tuhan. Karena banyak diantaranya yang sedang meringkuk, meringis, menangis, menahan sakit. Mengeluh diberi rasa sakit? Terkadang ada diantara mereka yang mengatakan bersyukurlah masih diberi sakit, karena sesungguhnya Tuhan masih perhatian padamu dan menghapus beberapa dosamu lewat rasa sakit itu karena kamu ikhlas menjalani sakitmu dengan tetap memohon padaNya. Tapi tidak dapat dibohongi, manusia terkadang lelah, terlalu lama dengan kesakitan. Terlalu lama dirundung luka. Padahal segala upaya telah dilakukan untuk menghapus sakit, menghindarkan luka. Tapi apa daya. Suratan berkata lain.


Wahai kamu, jangan dengan begitu mudah menyalahkan atau mengatasnamakan sesuatu pada suratan. Karena suratan bukan sesuatu yang bisa diprotes, dihujat, atau dipicingkan, bukan. Suratan itu istimewa, khusus Tuhan tuliskan untukmu, manusia. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar