~Unreal you not mean you are bad,
all people can you judge as a liar when you don’t believe with them. Unreal me
is totally bad cause I knew myself is lying or no~
Bukankah
tak menjadi masalah jika perkataan dan hati manusia tak lagi sama? Tentu saja
tidak—di mata manusia. Bukan di mata Tuhan.
Terlalu
banyak manusia pintar di dunia ini, tak kalah juga yang cerdas. Bagaimana
dengan mereka yang tulus? Banyak sekali. Kalau yang pura-pura tulus? Yaampun
kenapa berprasangka buruk terhadap ketulusan seseorang? Yang jelas pasti lebih
banyak dari yang tulus. Pura-pura, semua orang juga bisa melakukan itu.
Sulit
percaya dengan orang lain. Keluarga sekalipun. Meski tak bisa dielak
bagaimanapun keluargalah yang paling dekat dengan kita, mempunyai ikatan yang
entah itu bisa dikatakan keluarga ordinary
or less-ordinary—sorry to say. Namun memang mempercayai dikatakan tak
semudah nyebokin kambing yang ngompol.
Selalu
merasa semuanya adalah palsu. Saat mengatakan iya, maka merasakan orang itu sedang menyembunyikan tidak. Mereka yang seperti ini adalah
mereka yang kerap berpikir pesimis dan negatif. Yah meskipun didalam kitab
sudah tertulis untuk khusnudzon yaitu
berprasangka baik, karena sesungguhnya akan membuatmu sedikit tenang dan
menjauhkan kekhawatiran dan kebimbangan.
Sikap
orang tidak ada yang mengetahui, namun keplasuan dalam dirimu dapat dengan
medah kau kenali. Kau memiliki alasan untuk melakukan itu. Kau memiliki hak,
hanya saja jangan ada hati yang terluka dan tersakiti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar