7/27/2014

Yes, What for? Fashion?

-Pertanyaan membutuhkan jawaban. Jawaban membutuhkan kritikan. Kritikan membutuhkan subjek. Subjek membutuhkan objek. Pertanyaan muncul karena keberadaan sebuah objek-



Jawaban Yes, I am tidak berlaku untuk No, I am not. Begitu pula sebaliknya. Dapat kita lihat pada pertanyaan berikut;

Q: Apakah anda seorang laki-laki?
A: Ya. Saya seorang laki-laki.

Maka tidak berlaku untuk para lelaki mengatakan bukan, aku bukan laki-laki. Lalu mereka apa? Pria? Cowok? Puhlis itu satu jenis! Sama-sama bukan perempuan. Begitupun pertanyaan untuk Apakah anda perempuan?. Namun, akan ada saat dimana jawaban Yes, I am bermakna tidak No, I am not. Misalnya sebagai berikut;

Q: Apakah anda seorang wanita karir?
A: Ya. Saya seorang wanita karir.

Maka belum berarti wanita tersebut bukan seorang ibu rumah tangga. Contohnya juga diri saya sendiri, dimana saya sangat menyukai makanan, tapi saya bukan chef, bukan mereka yang dapat memasak apa yang saya sukai—makanan. Saya menyukai fashion, selalu asyik mengusik Paris Houte Couture, bahkan ribut kalau ada fashion week, tapi saya bukan fashionista. And I am not a fashionable. Let’s say that I am an odd for fashion. But for real I know what fashion du jure, I know. You guys will think more if want to buy this or that caused by price. Yah meskipun tidak semua kalangan mempermasalahkan harga. Namun survey mengatakan bahwa harga menghambat seseorang untuk membeli barang.

Fashion Design? Siapa yang tidak terpesona dengan fashion—tentunya yang masuk akal—baru? Fashion adalah hasil cipta seni seorang desainer yang berasal dari muse nya. Muse adalah mereka yang memberi inspirasi kepada seorang desainer dalam sebuah karyanya—dapat berupa benda hidup (manusia), tempat, atau makanan. Namun terkadang fashion menghambat seseorang untuk bergerak. Dalam segala sesuatu memang dibutuhkan adanya opportunity cost (di salah satu mata kuliah yang aku ambil menyebutkan demikian) dimana jika ingin mendapatkan sesuatu maka harus ada yang dikorbankan. Mencintai fashion bukan berarti mereka semua fashionable. Bisa saja mereka hanya menyukai-mengagumi-memuja sang-mode-baru yang memang selalu memikat. Style itu punya harga. Dig the point on them. But wait guys, ada sebuah quote yang akan membuat kalian tercekik,

“Fashion is not something that exists in dresses only. Fashion is in the sky, in the street, fashion has to do with ideas, the way we live, what is happening.” (Coco Chanel)

Aku bukan seorang yang fashionable. Hellowww siapa yang tidak tahu Alexander McQueen?. Aku selalu sayang dengan karya-karya Dior, Roberto Cavalli, Alice dan Olivia, Charlotte Licha dengan karya mereka yang segar dan menyenangkan serta sangat berani berekspresi—itu keharusan. Ah pasti kalian tahu Stella Jean yang memiliki karya unik dengan kain-kain warna cerah berbahan silk yang berkilau. Calvin Klein, Valentino, Yves Saint Laurent, Nicole Miller. Ah! Terlalu banyak orang-orang hebat yang harus disebutkan satu per satu. Bahkan semua model yang berlenggak-lenggok di catwalk dengan karya beliau-beliau hebat tersebut merasa sangat bahagia. Salah seorang Pembuat Karya terkenal Coco Chanel mengatakan;

“Fashion changes, but style endures.”

Artinya setiap orang memiliki their own style and it is always different each other, actually. Imitasi pun punya perbedaan. Indeed. Meskipun tidak bisa dibantah fashion mengalami perubahan (selalu) atau sirkulasi perubahan yang berulang, tapi gaya itu tetap. Tidak bisa dipaksakan.

Ada juga sebuah quote dari model Polandia, Monika Jagaciak yang  mengatakan bahwa:

“Models are canvas! Designer is Painter! They will be an angel when doing paint in me. I love it.”

Seorang model tidak akan protes dengan apapun yang akan ia kenakan di panggung, karena itu merupakan tanggung jawab dan kebanggaan menjadi seorang model yang akan dipoles dengan cat minyak—yang berupa karya yang akan dikenakan—dengan kuas ajaib para desainer.

Di Indonesia, sekolah fashion design sudah tak asing lagi. Salah satu yang terkenal dengan best quality of INTI College Indonesia Laureate International University yang menawarkan program diploma. Bagi yang tertarik, yah meskipun tidak bisa disamakan dengan Central Saint Martins di London, England, yang well masuknya lewat seleksi ketat, tes ini dan itu, juga biaya yang dikeluarkan tidaklah sedikit. Juga Instituto Marangoni di Italy yang membuktikan dengan dua orang famous grads, yakni Domenico Dolce dan Franco Moschino.

Baiklah akhiri saja pembicaraan yang semakin meleber kemana-mana. Nikmatilah duniamu wahai para wanita. Beranilah meskipun dalam dunia pria. Pffft <__<

Tidak ada komentar:

Posting Komentar