Aku
telah bersalah kepada yang terhormat mereka yang pernah membaca tulisanku.
Karena seharusnya aku tidak menulis sesuatu yang buruk, sesuatu yang membuat
sedih, sesuatu yang menyesakkan, ataupun yang mengecewakan sekaligus membuat
hati para terhormat marah. Sungguh aku minta maaf. Aku minta maaf karena tidak
menepati janjiku…
“Promise
Yourself
To be so strong that nothing
can disturb your peace of mind.
To talk health, happiness, and prosperity
to every person you meet.
To make all your friends feel
that there is something in them
To look at the sunny side of everything
and make your optimism come true.”
-Christian D. Larson-
To be so strong that nothing
can disturb your peace of mind.
To talk health, happiness, and prosperity
to every person you meet.
To make all your friends feel
that there is something in them
To look at the sunny side of everything
and make your optimism come true.”
-Christian D. Larson-
Bukan, itu bukan janjiku. Aku hanya menyimpan
perkataan seorang yang mulia bijaksana itu di salah satu laci meja belajarku—yang
sesungguhnya tak pernah kumiliki—dan sesekali membacanya dalam diam.
Maaf
kepada sahabat yang harus membagi kekhawatiran karenaku. Maaf kepada sahabat
yang marah karena khawatir denganku. Maaf kepada sahabat yang lelah
memberitahuku. Maaf seribu maaf belum pernah membahagiakanmu. Maaf karena aku
telah membagi ketidakbahagiaanku kepada sahabat yang membahagiakanku. Betapa
buruknya ini. Ah lagi-lagi aku menulis sesuatu yang akan membuat yang pembaca
terhormat merasa iba. Kata maaf sebaiknya tidak terucap oleh mereka yang sudah
berniat buruk untuk mengucapkannya lagi lain kali saat melakukan kesalahan yang
sama. Ah dasar kehidupan.
Tetapi
jangan mengucilkan maaf. Kata itu adalah bentuk kebahagiaan (bagi sebagian
orang). Tentu saja ribuan bakan jutaan bentuk kebahagiaan yang dimiliki
masing-masing manusia. Atau bahkan ciptaan Tuhan yang lain. Bahagia tidak harus
tertawa? Bahagia tidak harus pamer deretan gigi rapi? Bahagia tidak harus
melengkungkan senyum khas lelaki? Ironis. Sungguh semua itu terserah mau seperti
apa bahagiamu. Tapi kumohon. Pahamilah, bahwa menangis juga bahagia. Diam pun. All money can buy? Not for happiness. But
you’ll be happy with money.
Kebahagiaan
setiap hamba berbeda. Bisa saja seorang merasa bahagia saat mendapatkan tugas
untuk melakukan spionase ke salah satu perusahaan musuh. Bisa saja seorang
wanita kaya raya merasa bahagia saat kucing kesayangannya memiliki anak, bayi
kucing. Bisa saja seorang kakek sebatangkara merasa bahagia saat selang infus,
kateter, merasuk ke dalam tubuhnya, karena yakin dengan begitu maka dengan
segera ia akan menemui istri tercinta yang pergi terlebih dahulu. Bisa saja seorang
gadis setengah matang merasa bahagia saat hemoglobinnya cukup untuk dapat
mendonorkan darah yang dinantinya selama beberapa tahun karena obat terkutuk.
Bisa saja seorang sahabat merasa bahagia saat nasihatnya didengarkan. Bahkan
bisa saja pada saat mereka menikmati waktu dengan percuma meskipun hanya dengan
percuma, maka belum tentu semua orang bisa mengatakan itu membuang waktu.
Karena mereka menikmati, maka kenikmatan itu adalah salah satu bentuk
kebahagiaan. Well happiness isn’t only
what you want to get ambitiously then you running well on it.
“Happiness
is when what you think, what you say, and what you do are in
harmony.” Mahatma Gandhi
Bentuk
kebahagiaan tidak dibentuk secara massal. Tapi diberikan secara cuma-cuma. Jika
menyadari. Jika peka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar