Sudah terlalu jauh. Jaraknya.
Sudah susah menggapai. Keberadaannya.
Bohong jika dia tak ingin menyentuhnya.
Tapi tak sanggup.
Bunga yang tak bernama ini malu menyapa
bunga Anggrek yang dikelilingi ribuan anggrek yang lain.
Bunga tak bernama ini salah. Dia yang
pertama menjauh. Memberi jarak.
Bukan tanpa alasan, karena sudah banyak
anggrek yang lain disana. Bunga tak bernama ini merasa tak nyaman.
Hingga akhirnya jarak yang dia berikan
menjadi semakin lebar. Dia terhenyak. Membiarkan.
Bukan tak mau berusaha. Bunga tak
bernama ini sudah berusaha menyapa.
Bunga tak bernama ini sudah menahan
malu. Tapi memang sudah tak sama.
Jika memang tidak bisa, maka dia tidak
memaksa.
Jika memang tidak mau maka tidak usah
dipaksakan.
Dia mengaku menyesal. Menyesal akan
rasa tak nyamannya. Dulu.
Sesama bunga bahkan tak bisa bersama.
Tuhan sengaja menciptakan perbedaan
agar mereka bersama. Memberikan tampilan warna yang berbeda. Agar tidak bosan.
Tapi rasanya sudah terlambat. Bunga tak bernama ini sudah terlalu nyaman dalam
sokongnya.
Pengakuan tak tertulis dinyatakannya
padaku. Aku diam. Tak berkomentar. Dia menangis. Mengaku dalam tangis. Bunga
tak bernama yang malang. Dia mentragisi dirinya sendiri. Dasar kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar