12/28/2014

Post

Jim

Malam ini aku tidak ingin menceritakan aib atau cerita siapapun. Hanya ingin menyampaikan rindu padamu, teman dunia maya yang sudah lama tak bertemu (dalam chat). Dinding media sosialmu penuh dengan pesan teman-teman yang sedang mencarimu. Kuharap bukan diantara mereka yang kamu ungkap kebohongannya dulu. Beberapa ada tetangga yang merindukan kehadiran keluargamu. Kamu sepertinya pindah. Kemana? Entahlah. Mereka (tetanggamu) saja tidak tahu apalagi aku (bukan siapa-siapa).

Jim, memang benar pulau yang terabaikan akan menjadi perhatian saat sudah menjadi tanah rebutan. Tanah perjanjian. Memang benar orang terdekatmu adalah mereka yang selalu ada saat bahagia dan susahmu. Bukan mereka yang hanya ada saat susahmu, hanya menawarkan kata-kata penghiburan. Meski benar mereka yang ada disisimu saat kamu bahagia tidak menampakkan iri dengki di hati, tapi siapa yang tahu hati manusia?

Akankah kita dipertemukan dua, lima, sembilan, atau sepuluh tahun lagi? Seperti relawan bantuan yang bertemu dengan korban yang ditolongnya sepuluh tahun lalu yang berkeliaran di timeline media sosialku. Jim, akankah kita bertemu sepuluh tahun lagi? Siapa yang lebih dulu, aku atau kamu? *slap

Jim, hidup butuh keluwesan bukan? Aku melihat itu di kamu. Kamu begitu luwes bercerita tentang kondisimu padaku. Namun bisa saja kamu sedang mencoba menghilangkan kecemasan dalam dirimu. Seperti kata-kata yang luwes, dia bisa saja membahayakan, bisa pula membahagiakan, meski ditulis dengan huruf yang sama. Bisa saja menusuk, padahal yang lainnya meninabobokkan. Seperti Singa yang luwes berlari, tidak tahu dia memang sedang berlari atau sedang mengejar rusa. Hidupmu juga begitu Jim, luwes. Tidak tahu berjalan dengan kesakitan yang berkelanjutan penuh dengan kebersamaan keluargamu yang membahagiakan atau berjalan dengan ketakutan yang tertutupi oleh ribuan harapan yang saling tumpang tindih. Begitu juga hidupku Jim, luwes. Berjalan dengan mencari tahu atau keingintahuan yang membuatku berjalan (sampai sekarang). Seorang yang kusanjung disana menyebut, harusnya hamba menyerahkan masalah dunia pada Tuhan dan mempermasalakan perkara akhirat pada dirinya sendiri. Tapi bukan manusia jika tidak memikirkan kalimat itu. Ya. Tuhan sudah mempersiapkan rejeki. Tapi mana mungkin datang si rejeki jika tidak dicari. Sama halnya perkara akhirat. Jim, maafkan aku yang terhasut oleh pesan-pesan di dinding media sosialmu. Sehingga tulisan penuh dengan. . .well aku tidak bermaksud demikian. Maaf, maksudku. . . Jawablah private messages ku jika kamu tak sengaja melihatnya. Hanya pesan rindu yang kusampaikan.

Jim, kamu harus tetap kuat. Berdoalah, jangan pernah bosan. Tersenyumlah meski pahit. Tertawalah meski perih. Bercengkramalah meski sedih. Hiduplah penuh semangat. Ah aku telalu naïf menyemangatimu jika aku sendiri semangatnya melempem. Jim, entah ini post ku yang keberapa tentangmu, ketiga mungkin. Tapi aku tak pernah bosan bercerita tentangmu. Meski di awal aku tidak akan bercerita atau membuka aib orang. Tapi omong kosongku bisa jadi boomerang Huft

Aku ingat kata-katamu yang sampai sekarang terngiang di kepalaku tentang cinta.

“Cinta tidak pernah meminta. Cinta bukanlah menyerahkan diri. Tapi cinta itu menerima dan memberi dengan tulus. Seperti cinta orang tua padaku. Mereka mengasihiku, aku menerima kasih itu. Dengan tulus. Aku tidak meminta. Dan mereka pun tidak memaksa. Tujuan cinta adalah mengasihi cinta yang lain. Seperti kehidupan. Tujuan kehidupan hanya satu, kematian. Setidaknya hargailah hidup untuk matimu. Hidup berhargamu yang tidak kamu dapati saat kematian datang.” Ah mengapa aku mengingat bagian ini Jim? Mengapa?


Jim kuharap kamu sedang menghabiskan musim dinginmu yang indah dengan membuat begitu banyak Olaf (manusia salju) dan menuang saus Alfredo hangat ke salad kesukaanmu. Kuharap kamu sedang tertawa terbahak-bahak mendengar lawakan dari serial komedi lawas yang sering mamamu ceritakan tiap hendak tidur. Hey Jim, kamu terlalu sering cerita padaku sampai aku hafal kebiasaanmu. Kebiasaan bodohmu yang suka mencabuti alis matamu. Jim, tidurlah yang nyenyak. Mimpikan teman semumu (aku) yang super bawel. 

Even you won’t know what I’m talking about here! It is only about you, no no about love. Your endless love.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar