1/01/2015

Terimakasih Kegelapan


Ijinkan lilin bercerita. Ijinkan dia bicara. Ijinkan perasaannya tersampaikan sebelum api meniadakan.

Aku ingin berterimakasih kepada kegelapan. Karenanya aku ada dan karenanya pula aku tiada. Kegelapan memberi kesempatan padaku untuk menyampaikan perasaanku. Aku sungguh bahagia. Meski semua tidak akan bertahan lama. Beriringan dengan berjalannya waktu, aku akan menghilang. Hanya, terimakasih kegelapan sudah mengundang api untuk membuatku memberikan (titik) cahaya yang menerangi, menenangkan.

Kedamaian yang senyap. Cahaya yang redup tapi dicari. Api kecil itu menghangatkanku. Memabukkanku akan cahaya yang indah. Hingga pada saat cairan lilinku mulai meluber ke segala arah, saat sumbu tidak bisa (lagi) menopang kehidupan, baru gelagap goyah dan jatuh. Aku tiada. Api telah meniadakanku. Tidak! Kegelapan yang meniadakan aku. Tapi jika kegelapan tak hadir, maka aku hanya akan menjadi seonggok sampah di sudut ruangan yang tergantung tak jelas. Diam.

Sekarang aku bahagia. Meski kesedihan menyertaiku. Tapi aku bahagia. Karena aku sudah (sempat) memberi cahaya. Aku tiada bersama kebahagiaan. Dan kegelapan. Dan kesedihan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar