Ijinkan lilin bercerita. Ijinkan dia bicara. Ijinkan perasaannya tersampaikan sebelum api meniadakan.
Aku
ingin berterimakasih kepada kegelapan. Karenanya aku ada dan karenanya pula aku
tiada. Kegelapan memberi kesempatan padaku untuk menyampaikan perasaanku. Aku
sungguh bahagia. Meski semua tidak akan bertahan lama. Beriringan dengan
berjalannya waktu, aku akan menghilang. Hanya, terimakasih kegelapan sudah mengundang
api untuk membuatku memberikan (titik) cahaya yang menerangi, menenangkan.
Kedamaian
yang senyap. Cahaya yang redup tapi dicari. Api kecil itu menghangatkanku.
Memabukkanku akan cahaya yang indah. Hingga pada saat cairan lilinku mulai
meluber ke segala arah, saat sumbu tidak bisa (lagi) menopang kehidupan, baru
gelagap goyah dan jatuh. Aku tiada. Api telah meniadakanku. Tidak! Kegelapan
yang meniadakan aku. Tapi jika kegelapan tak hadir, maka aku hanya akan menjadi
seonggok sampah di sudut ruangan yang tergantung tak jelas. Diam.
Sekarang
aku bahagia. Meski kesedihan menyertaiku. Tapi aku bahagia. Karena aku sudah (sempat)
memberi cahaya. Aku tiada bersama kebahagiaan. Dan kegelapan. Dan kesedihan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar