Aku bersimpuh
Memohon, kurang hina apalagi
dengan hanya meminta
Berharap
hidup ini tidak sia-sia
Aku
berjalan
Menapak
dengan sisa usia
Berharap tidak ada yang tersakiti oleh
omong kosong yang kuberi
Suaraku tertelan
Terhisap oleh keraguan
Berharap
Tuhan mengampuni ketahuan yang dibungkam oleh ketakutan
Aku
dimanja
Dalam
pelukan Bunda
Berharap Tuhan tidak akan pernah memisahkan
kami
Aku dipuja
Dalam dekapan Ayah
Berharap Tuhan berpihak pada
kami untuk selalu bersama
Terkadang
aku lelah. Tidak. Tapi sering kali. Apakah salah jika berbohong untuk membuat
pagar pembatas buat diri sendiri. Iya pembatas. Agar mereka tidak seenaknya
menghakimi. Mereka yang berkuasa. Mereka yang berlebih.
Terkadang
mereka akan mulai mengasihani seorang gadis yang sedang sekarat di dalam
angkutan umum. Sebagian hanya melihat dengan ribuan volta keterkejutan. Lalu
bagaimana jika semua itu hanya kebohongan?
Terkadang
mereka akan mulai mencaci saat seorang laki-laki sedang memukul istrinya di
pasar ikan dengan menggunakan alat pancing yang dibawanya. Tak tahukah seberapa
terlukanya laki-laki itu jika dia harus mengatakan, umurnya tidak bisa dihitung
dengan sepuluh jari tangannya lagi. Lalu bagaimana jika semua itu hanya
kebohongan?
Terkadang
lelah dan menyakitkan. Saat kamu sedang sekarat, nafas sudah tersengal-sengal.
Badan menggigil. Mata rasanya sudah begitu berat, bahkan hanya untuk berkedip.
Tapi kamu rela membohongi dirimu, semua itu dilakukan agar rona-rona kasihan
dari orang-orang sekitarmu tidak tampak menjijikkan dan terkadang lebih terasa
mengatakan “jangan sampai aku sepertinya” atau “ah kasihan” atau “berilah
berkah padanya, aku kasihan padanya”. Ah rasa kasihan terkadang terlalu pantas
bagi sebagian orang, tapi bisa menjadi rajam pemusnah yang luar biasa ampuh.
Musuh
terbesarmu bahkan akan berlutut dan menumpahkan puluhan liter air matanya hanya
karena kasihan padamu. Sahabat terdekatmu yang biasa hanya mementingkan dirinya
sendiri akan sibuk menahan keinginannya untuk cerita tentang dirinya sendiri
dan mencari sisi baikmu untuk sekedar basa-basi sebelum kamu lenyap.
Yang
paling sedih diantaranya tidak lain hanyalah orang tua. Saat paling menyesakkan
bagi orang tua adalah saat mereka kehilangan anak kesayangannya. Kesedihan
paling mendalam yang dirasakan keluarga adalah saat salah satu anggota
keluarganya pergi dan tak akan pernah kembali. Tahukah jika keluarga adalah puzzle. Jika ada satu bagian yang hilang
maka keluarga itu sudah tak lengkap lagi.
Hei, tak
semua mereka yang mengasihanimu adalah dengan pikiran negatif yang ada di
kepalamu, wahai gadis nyunyik.
Tahukan kamu bahwa mereka sepanjang hari mengkhawatirkanmu. “Apakah dia sudah
makan dengan benar?” atau “Apakah semalam dia tidur dengan nyenyak?” atau “Aku
ingin sekali menghabiskan hari-hariku dengannya.”
Apakah
kamu tahu? Pernyataan-pernyataan tersebut justru lebih memalukan. Karena mereka
hanya akan melakukan itu saat tahu aku sudah tidak lama lagi di dunia ini.
Aduh, jangan naïf. Manusia itu sama saja. Mereka akan merasa kehilangan jika
aku atau siapapun diluar sana hendak pergi jauh. Atau bahkan seminggu setelah
kepergianmu mereka akan tak nafsu makan karena mengingatmu. Tapi waktu berjalan
tidak pernah denganmu jika kamu sudah pergi. Maka rasa tak nafsu makan itu juga
hilang mungkin tak lama setelah minggu-minggu berkabung.
Serapahmu
akan menyakiti mereka yang benar-benar tulus ada di dekatmu. Mereka yang selalu
ada untukmu. Selalu menasehatimu. Selalu memberimu pilihan yang itu tidak akan
membuatmu terluka. Mereka memberikan seluruh cinta kasihnya untukmu. Dengan
segenap hati menahan luka, menahan peluh, menahan air mata untuk selalu
membuatmu tertawa dan bahagia. Mengjarkanmu bagaimana memuja Tuhanmu, mengasihi
sesamamu. Berbagi cerita dan lara. Bergandengan tangan berjalan bersama
mengitari samudera bersamamu. Ah begitu banyak sisi bahagia yang kamu sengaja
hilangkan untuk membuat mereka-mereka seolah begitu jahat dan menelantarkanmu.
Ya!
Kamu benar. Terlampau benar jika tidak ada kata diatas benar. Itu hanya orang
tua. Bukan yang lain. Keluarga. Bahkan banyak di luar sana keluarga yang rela
memenggal kepala saudaranya untuk mendapatkan tanah warisan lebih. Banyak
saudara jauh di luar sana yang tiba-tiba mendekat saat kamu mendadak sekarat.
Banyak saudara yang dulunya mencaci maki karena kamu tak sepaham dengan mereka
dan kembali saat hartamu sudah bisa dihakimi oleh mereka. Mereka akan
memanfaatkan segala yang bisa dimanfaatkan darimu dan menjauh saat tidak ada
apa-apa yang kamu miliku. Terkutuk dengan kalimat pengecut-pengecut di luar
sana yang mengatakan “I’m here cause I love the way you are, no matter what!
I’ll always by your side”. Aku sulit mempercayai kata-kata yang begitu MULIA
dan tanpa TIPU DAYA.
Oh Tuhan.
Ampuni gadis malang ini yang selalu menghilangkan syukur di hidupnya. Hukumlah
dia yang mulai menghakimi kebaikan. Seburuk itukah kamu menghargai kebaikan
yang diberikan kepadamu? Iblis-iblis di tubuhmu sudah enggan untuk melakukan
mutasi ke tuhub manusia lain. Kamu sudah memuja iblis-iblis dalam tubuhmu.
Mohon ampunlah! Masih banyak waktu. Jangan andalkan keahlianmu mengarang cerita
memilukan. Kamu terlampau jahat untuk itu. Seolah kamu sudah terintimidasi
seumur hidupmu. Putus asa dan rasanya semua akan berakhir sebentar lagi.
Rasakan hangat pelukan yang diberikan padamu dengan hati, bukan dengan kekuatan
tengkorak kepalamu. Resapi kuah sup hangat dengan lidahmu bukan dengan emosi
dan nafsu yang sedang melandamu. Hilangkan keluh dalam dirimu dengan rasa
bersyukur kepada berkah yang diberikan oleh Tuhan.
NB:
Aku dan Kamu disini bukan sosok yang menulis tulisan diatas. Aku dan Kamu
adalah sosok luka dan bahagia yang terpisan beberapa ratus juta tahun silam.
Luka hidup dengan kesakitan yang menganga. Semakin hari semakin tumbuh dengan
dendamnya. Dan bahagia yang setiap semakin bahagia meski hanya ditemani seuntas
senyum. Dan mereka mendadak dipertemukan dalam kehidupan. Semoga mereka bisa
saling melengkapi dan tidak ada penghakiman satu sama lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar