Dia (masih) Takut
Perkenalkan
namaku Adi.
Aku
sedang iri pada bunga. Beruntungnya putik yang bertemu benang sari di tangkai
bunga yang sama. Tidak usah khawatir dan bertanya-tanya siapa jodohnya. Tapi
aku, justru dengan angkuhnya tidak bisa menjaga hatiku dan terlalu berharap.
Mohon Allah, ampunkanlah.
Mungkin
karena aku terlalu berharap kepada seseorang, maka Allah timpakan padaku
kepedihan dari sebuah pengharapan. Karena Allah mencemburuiku yang berharap
selain Dia (Allah). Agar aku kembali berharap dan berdoa pada-Nya.
Aku
berusaha sebaik mungkin untuk menjaga hati agar aku menjaga nafsuku untuk
memilikinya. Karena dia (masih) takut dengan hubungan dengan penuh komitmen.
Dia belum pernah berkomitmen sebelumnya. Aku lelaki, aku tidak akan membiarkannya
diberi status pacar, kekasih, atau semacamnya, karena aku hanya ingin
memberinya status sebagai istri. Aku dapat untung dari perasaannya yang (masih)
takut itu, mungkin itu juga kesempatanku untuk memantaskan diri, waktu untukku
menambah bekal, menambah kemapanan, dan tidak memberinya keraguan.
Aku
terus berdoa dan memohon, semoga diberikan keberuntungan dari Allah.
Sesungguhnya Allah mengampuni dosa ummat yang segan berdoa pada-Nya. Sebaliknya
Allah benar-benar tidak menyukai mereka yang angkuh tidak berdoa sedangkan
mereka marah saat sesuatu yang dicintai diambil oleh Allah. Apakah itu naluri
manusia sebenarnya? Sombong dan suka mengeluh? Sombong dan tidak tahu
terimakasih?
Ya,
harusnya aku tidak boleh mengeluh, hanya karena aku selalu bertemu dengannya di
tempat kerja. Mungkin dengan keadaan itu aku bisa dengan segenap kekuatan menjaga hati
untuk tidak lancang dan tetap konsentrasi. Lalu mengapa aku begitu yakin?
Karena aku akan berusaha untuk meyakinkannya. Meski aku belum mengungkapkan
perasaanku. Aku akan mendatangi orang tuanya, dan mengatur harinya, kemudian
setelah halal, aku akan mengatakan aku mencintainya dan akan selalu
membimbingnya.
Aku
percaya. Jika Allah menghendaki maka terjadilah, jika tidak maka aku tidak akan
marah. Toh semua dibagi-bagi. Ibarat zakat, maka yang berhak menerima akan
mendapat jatahnya. Begitu pula dengan dia, jika dia untuk aku maka akan
terjadi. Aku tidak akan mendispersi perasaanku hanya karena nafsu. Aku berusaha
atas ijin Allah.
Denok, bismillah, semoga hariku dan harimu
selalu baik. Sebaik hatimu yang tetap menjaga hati untuk seseorang—entah siapa.
Sebaik hati ummat yang segan berdoa dan memohon pada Allah. Denok, tunggu aku
datang menemui orang tuamu, kumohon jangan lari.
Note: Kak Adi, lo kenapa nyuruh cewek--anggap gue cewek--nulis ginian? Gue keringet dingin nulis ini 20 menit. Sialan lo. Udah nih. Langsung ke rumah doi aja deh kak mendingan lo. Curhat mulu. Gak capek apa tuh perasaan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar