Kesempurnaan apa lagi yang kau harapkan
selain perbaiki dirimu sebelum mengeluh mengaduh meraung meminta lebih?
Terkadang kita perlu diingatkan untuk
menjauhi apa yang tidak baik. Bukan dengan sadar diri. Tapi apa yang dilakukan
lebah? Dia hanya memilih sesuatu yang baik. Dan menghasilkan (madu) sesuatu
yang baik pula.
Tak bisakah kita meneladani
lebah—serangga kecil yang bahkan bisa membedakan mana yang baik dan mana yang
tidak—?
Tak maukah kita belajar berpikir kecil
kemudian mendapatkan hasil yang tak kalah besar dan mengagumkan seperti madu?
Bukan berarti berpikir besar tidak benar. Maksudnya, bisakah kita tidak terlalu
riya’ untuk belajar dari yang kecil dulu. Toh belajar tidak ada ruginya. Toh mencintai hitam putih bukan berarti menolak pelangi.
Tak bisakah kita meneladani
lebah—serangga kecil yang melukai karena dia disakiti, bahkan diambil rumah dan
simpanan makanannya—?
Terkadang hanya melihat mereka yang
kita suka berbicara dengan orang lain, cemburunya bukan main—padahal bukan
siapa-siapanya. Tapi apa yang dilakukan lebah? Rumah yang benar-benar miliknya,
madu yang benar-benar hasil kerja kerasnya diambil begitu saja, dia hanya
melukai, beberapa jam kemudian sudah sembuh. Tapi kita terlalu
membesar-besarkan perasaan. Sakit sedikit dirasa berbulan-bulan—hanya karena
patah hati. Sedih sedikit dirasa berabad-abad—hanya karena gagal menurunkan
berat badan. Dendam yang dipendam lama sekali—hanya karena pukulan tak sengaja
saat bergelut di lapangan. Benci yang ditanam begitu dalam—hanya karena tertolak di ajang bergengsi.
Tak bisakah kita meneladani
lebah—serangga kecil yang bahkan saat semua yang dia miliki diambil, dia
memulai segala sesuatunya dari awal, nol—?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar