Untuk Kesayangan Ibu
Aku tidak
tahu harus menuliskan apa untuk anak kesayanganku, Pelangi. Terlalu banyak
pikiran yang berkecamuk dalam kepalaku. Nama gadisku bagus kan? Meski pelangi
hanya disersi, tidak jelas mana batasnya—aku akan berusaha memberinya pengertian
akan batas itu, semampuku. Meski tidak lama singgah—pelangi, kuharap dia bisa
memberi kebahagiaan dan menabur senyum. Bismillah, untuk anakku. Gadis dua
belas tahunku. Gadis yang suka dibacakan cerita, sejarah, peperangan, dan hari
akhir. Putri cantikku.
“Hai, sayang.
Bagaimana tidurmu? Maafkan Ibu tidak membacakan cerita untukmu, karena ibu
pulang kemalaman dan kamu sudah tidur. Ibu masak sesuatu untuk kamu. Turunlah
setelah membacanya.
Pelangi,
kamu jangan bosan untuk selalu bersyukur
ya, untuk semua yang kamu miliki. Semua yang ada di kamu hanya
sementara—indera, kecantikan, maupun Ibu—semua titipan. Jaga dengan baik ya,
sayang.
Niatkan segala apa yang ingin kamu lakukan
dengan baik. Sesungguhnya niat yang baik untuk hasil yang
baik. Ingat saat kamu berlatih renang kemarin, ibu memaksa kamu berenang dari
satu sisi ke sisi lain berulang kali untuk apa? Agar kamu kuat. Kuat dengan
sisi kehidupan satu dan yang lain. Kamu akan hidup dengan banyak orang sayang,
kamu akan bertemu banyak orang, kamu
harus kuat.
Sayang,
jadilah perempuan muslimah yang apa
adanya—tanpa dusta. Yakini setiap manusia punya kelebihannya.
Kamu istimewa
pelangi. Kenapa? Karena kamu punya banyak warna, tidak peduli kamu suka dongeng
putri dan pangeran, tak masalah kamu suka kisah sejarah dewa ares atau apapun
tentang romawi, kamu terlebih menghargai perjuangan para sahabat memperjuangkan
agama. Selalu ada cerita dibalik sejarah, dan ada makna dibalik rahasia.
Tumbuhlah dengan penuh kasih sayang. Ibu
bersedia menjadi tempatmu berbagi cerita, berbagi semuanya. Ibu ada untuk kamu.
Pelangi dengan senang hati akan datang ibu jika ingin.
Text mom ya, when you need something but
mom isn’t around.
Pelangi
tahu siklus hidrolisis kan? Hidup
kita seperti itu sayang. Terus berputar. Ada siang malam. Ada hujan maupun
panas. Dan akan berakhir pada muara. Air menguap, menjadi mendung, hujan,
meresap, mengalir, ke sungai, dibawa ke muara, laut adalah tujunya. Tapi
sayang, jangan jadi air laut ya. Dia
pasang surut, tidak menghilangkan dahaga, asin, bisa pula menjadi badai. Jadilah air sungai yang bisa
menghilangkan dahaga, dia tenang mengalir, sesekali terjal permukaan, sesekali
menerabas tapi berusaha tidak melukai. Jika tidak bisa memberi petuah baik maka
lebih baik diam.
Ah, tepatilah janjimu. Jangan pernah
bersumpah selain pada-Nya.
Jangan merasa lebih tinggi ya. Langit
tahu dia tinggi, tapi dia diam.
Tuntutlah ilmu dimanapun kamu berada.
“You’ll look uncool if you aren’t interesting in study”
Bertemanlah
dengan niat untuk silaturahmi.
Jika kamu
punya masalah, selesaikanlah. Jika kamu merasa butuh pegangan, datanglah pada
ibu.
Kamu
pasti akan tumbuh dewasa, berkawan, asyik dengan mereka. Maka tak usah membandingkan kamu dengan orang
lain, hidup bukan ajang perbandingan besar kecil, lebih baik atau lebih
tinggi, bukan pula perlombaan, sayang. Hidup adalah perjalanan yang sedang kamu
jalani. Perjalanan sekali.
Oh ya, jangan makan junk food. Ingat, tubuh kamu hanya satu, kamu tidak akan
mendapatkan lebih. Makanlah sesuatu yang menyehatkan, hidup sehat lebih indah.
Saat kamu sehat, kamu akan menjalani hidup ini tanpa beban mengingat obat mana
yang harus diminum, sudah minum obat atau belum. Percaya pada ibu, itu
mengerikan.
Apakah
Pelangi tahu jika ibu selalu merasa bersalah padamu? Ibu terlalu asyik dan
terkadang tidak ada disamping pelangi saat sedang mengerjakan tugas, saat ibu
harus bekerja. Tapi, ibu yang sendiri ini sangat mencintai kamu, tidak usah
tanya lagi sebesar apa. Mungkin dengan begitu, suatu saat Pelangi tidak
terkejut ketika ibu tiba-tiba harus pergi dan meninggalkan kamu.
Mungkin
Pelangi pernah sebal pada ibu yang suka bangunin pagi-pagi untuk sholat doa
rakaat padahal sedang nyenyaknya tidur.
Mungkin
kamu ingin menutup telinga saat ibu mengomentari hasil ujianmu dan mulai marah.
Mungkin
kamu lelah dengan ibu.
Tapi
sayang, ibu tidak pernah lelah dengan kamu. Maafkan ibu ya, itu karena ibu
sangat mencintai kamu. Tidak ingin kamu terluka. Itu semua karena rasa khawatir
ibu, dan ibu akan selalu mencintai kamu,
no matter what.
Sayang,
pada suatu saat nanti kamu tidak akan berpikir banyak tentang ibu. Ada
seseorang yang akan memenuhi pikiranmu sepanjang waktu, maka jangan pernah
tinggalkan ibadahmu. Tidak apa-apa, ibu akan sangat bahagia, dan selalu disini
untuk kamu. Berbagi cerita dan segala macam yang ingin kamu ceritakan pada ibu.
Pada saat itu, kamu tidak akan mendengarkan cerita dongeng setiap hendak tidur.
Karena ibu lah yang justru sibuk menanti kepingan-kepingan cerita dari
kehidupanmu yang baru. Ibu tidak akan putus mendoakan kamu. Bahagialah. Sukseslah. Raih cita-citamu.
Sekarang
usap air matamu, turunlah. Kita sarapan. Selamat datang di pagi yang cerah ini.
Ibu sayang Pelangi.”
Sekian yang
bisa kutuliskan untuk anak kesayanganku. Semoga aku selalu sehat untuk bahagia
bersama putri terkasihku. Meski sendiri, aku harus kuat untuk terus
menemaninya. Memberinya batas yang jelas mengenai disersi pelangi. :)
#WritingChallenge
#2
kenapa sendiri? Bapak Pelangi belum pulang? ataukah terlebih dahulu 'pulang'?
BalasHapus-_- kebetulan yang tinggal dirumah pas nulis cuma ada aku sama Pelangi. =)
HapusKok jadi mayka yang sedih sih, jangan-jangan mayka anakmu? *apa*
BalasHapusPelangi? Ternyata anak masa depanku sudah lahir? -_-
Hapus