Terkasih,_
Kumohon,
Aku tidak tahu harus mengatakan apa untuk membuatmu percaya lagi
pada cinta. Aku hanya bisa melakukan apa yang aku lakukan sejak kita pertama
bertemu. Jatuh cinta. Setiap hari. Padamu.
Aku berusaha menatap matamu, mencoba meneduhkan. Aku siapkan
pundak, barangkali kamu ingin bersandar. Aku tak masalah membelai tanganmu agar
kamu tidak gelisah. Aku selalu berharap hati itu terbuka untukku, nyatanya
tidak.
Seharusnya aku datang lebih awal. Agar kamu tidak terluka
sedalam ini. Agar kamu tidak menimbun kesedihan dalam hatimu. Agar kamu selalu
bahagia, dengan cinta yang aku berikan.
Aku tidak akan lelah mengharapkanmu. Aku sudah tidak tertarik
untuk mencari-cari lagi. Pilihanku jatuh di kamu. Kutahu pada saat itu kamu ada
yang memiliki, tapi hatiku sudah jatuh di mata teduhmu.
Hari itu, satu tahun sudah sedihmu tertanam dan mengakar. Aku mengajakmu
makan siang, di tempat pertama kali aku jatuh cinta padamu. Tempat pertama kali
aku terdiam menatap mata teduhmu. Menatapnya sembunyi-sembunyi. Begitu lama.
Kemudian kamu menyadarinya dan aku salah tingkah. Aku mengarang beribu alasan
agar kamu tidak berpikir macam-macam. Tapi alasan itu bohong. Sejujurnya aku tidak
memiliki alasan mengapa aku menatapmu begitu lama.
Kita duduk berhadapan. Kamu menghabiskan makananmu begitu pula
aku. Kemudian aku perlahan mengutarakan maksud sebenarnya aku mengajakmu. Tidak
ada jawaban. Kamu menangis.
Kumohon jangan menangis.
Tidak mau tangismu semakin menjadi, aku berdiri dan duduk
disampingmu. Menggenggam tanganmu. Memelukmu. Karena jawaban yang selalu keluar
dari bibir indahmu adalah,
“Maafkan aku.” Jawabmu di pelukku.
“Kumohon,”
“Maaf.” Suaramu semakin lirih.
“Aku akan menunggu!”
“Aku masih tidak sanggup berdansa, aku yakin yang lain sanggup.”
Kamu meyakinkanku untuk menyerah. Tapi aku tidak akan melakukannya.
“Itu bukan kamu.”
Kemudian kamu terdiam. Dan kita hanya mengakhiri semuanya dengan
pelukan. Tanpa jawaban. Hanya genggaman tangan. Tanpa kepastian. Hanya menunggu.
Hatimu.
Dengan Cinta,_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar