Until You
Hidupku berpihak padaku. Hidupmu berpihak padamu. Hingga aku
bertemu denganmu.
Semuanya berubah.
Hidupku berpihak padamu.
Rasa yang mengalir tanpa bisa kukendalikan. Perasaan itu
mengalir tanpa jeda. Selalu mengalir padamu.
Saat aku melihatmu, seolah ada cahaya yang akan membimbingku.
Saat kamu ada di dekatku, seolah hanya kamulah yang paling sempurna.
Kita menjadi teman. Kemudian membicarakan banyak hal. Aku
berbicara dengan kata-kata yang segar. Aku bersembunyi dibalik punggungku
dengan kata-kata itu.
Kamu lucu. Aku suka dengan senyum kecil di bibirmu. Kita bertemu
beberapa kali sehari. Semuanya menjadi lebih cepat dari hari ke hari. Detak
jantungku. Aliran darahku. Perubahan warna wajahku. Semuanya menjadi lebih
cepat.
Satu tahun. Kamu menceritakan apa saja yang ada dalam pikiranmu.
Tidak denganku.
Dua tahun. Kamu mulai suka mencariku hanya untuk bercerita.
Tentang dia. Aku mendengarkan.
Tiga tahun. Kamu begitu bahagia bercerita tentangnya bersamaku.
Aku (hanya) mendengarkan.
Empat tahun. Kamu ingin menyatukan cintamu dengannya.
Aku sudah tak tahan.
Lima tahun. Aku ingin mengatakan semuanya padamu. Tentang apa
yang selama lima tahun ini kurasakan dalam diam. Tapi hatiku mengalihkan cinta
itu. Bibirku tertahan. Tidak mampu mengatakannya.
“Can we be together as one?”
Kata-kata itu hanya berlarian di kepala. Tidak sampai jatuh ke
bibir. Semakin aku mencoba maka akan ada sesuatu yang patah. Akan ada sesuatu
yang hilang.
Aku takut akan menyakitimu. Aku takut hal yang ingin kukatakan
akan membuatmu terluka, menangis, aku tidk ingin itu terjadi. Mungkin aku harus
menyudahi semuanya. Apapun itu tentang perasaaku.
Rasanya aku tidak pernah rela kamu dengannya. Tapi aku tidak
bisa. Setiap kali aku melihatmu, aku tidak bisa berbuat apa-apa dengan hatiku.
Aku mengijinkan kamu untuk pergi. Bersamanya. Meskipun aku tahu kamu tidak akan
pernah kembali.
Perasaanku tidak pernah seperti ini sampai di kamu. Semuanya
berubah. Dan aku tahu, kamu bukan untukku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar