6/21/2014

Pilihan (Terpaksa) Akhir

Test. . .

Ngomongin masalah pilihan itu terkadang menjengkelkan, karena banyak masyarakat ini menyukai Iwan Fals, kan tahu sendiri ada satu lagunya yang berjudul “Bukan Pilihan”. Oke basa basi ini basi sekali.

Hidup ini akan terasa begitu hambar jika tidak disajikan dengan pilihan. Pilihan untuk memilih meninggalkan atau menyakiti. Pilihan untuk bersabar atau asal lara hati. Pilihan untuk mendua atau ingkar janji. Pilihan untuk tersenyum atau berbohong. Pilihan untuk tinggal atau tersakiti. Semua itu merupakan pilihan yang tak banyak orang akan meninggalkan pilihan tersebut danmencari alternatif lain, menghindari adanya hati yang tersakiti.

Apakah dibalik pilihan ada penyesalan? Beberapa mengatakan demikian—ADA. Kenapa? Karena setiap pilihan ada kenikmatan dan konsekuensi. <__< (ini ngomong apa sih?)

Seorang remaja awal yang sedang berada di sebuah toko aksesoris diam. Nanar. Seolah sedang bermuram durja. Dia terlihat sedang menatap bergantian sepasang kaos bertuliskan I love him-I love her dan sepasang gelang benang warna warni. Dia berniat membelikan kekasih barunya hadiah. Tapi. . .isi di dalam dompetnya hanya cukup buat korek kuping. Akhirnya dia  memilih untuk membeli sepasang gelang dengan gantungan separuh hati di masing-masing gelang berwarna warni itu. Maka dia sudah menerima konsekuensi dan kenikmatannya. Konsekuensinya adalah dia akan menyesal karena iri melihat pasangan abege lain yang memakainya. Kenikmatannya adalah, dia masih bisa romantis-romantisan dengan isi dompet kempes.

Lalu bagaimana jika yang menjadi pilihan adalah kalian? Pilihan akhir. Penentu. Meski dengan keterpaksaan. Dipilih karena terpaksa.  Tentu saja rasanya sakit jika sengaja tak sengaja mengetahuinya. Bag deretan titik warna warni yang disebar di sebuah garis, maka Pilihan (terpaksa) akhir itupun berada di titik edar paling ujung (belakang). Pilihan (terpaksa) akhir ini tidak hanya saat mengambil keputusan atau menentukan sesuatu. Bisa saja saat seorang datang padamu, dia melakukan itu karena telah diketahui dia sudah datang ke beberapa orang sebelum kamu, tertolak akhirnya stok akhir ada di kamu. Semacam itu. . .

Hal itu bukan tanpa alasan. Setiap orang memiliki level rasa nyamannya pada seseorang, bahkan untuk masalah sepele (mincing, nyalon, curhat, jalan bareng, jogging, nge-gym). Bisa saja kamu berada di pilihan terakhir, karena kamu tidak memberi rasa nyaman. Karena kamu pas mincing suka mincing yang nggak-nggak. Karena kamu pas nyalon suka ketiduran dan bikin mbak-mbak salonnya salting dan dia merasa malu ngajakin kamu. Karena kamu tidak sesuai dengan karakternya. Karena jalan pikiranmu berbeda dengannya. Karena terlalu banyak ketidaksesuaian yang akan membuatnya semakin saltum jika harus memposisikanmu di pilihan awal.

Tapi tidak selamanya pilihan (terpaksa) akhir semenyakitkan itu. Adakala dimana dia akan bersyukur karena meletakkan posisimu di akhir, mungkin sebagai guard. (Plis ini bukan permainan bola atau softball) Sehingga dia akan merasa lega karena belum tentu dia mendapat apa yang dia mau pada pilihan sebelumnya. Meskipun pada awalnya terpaksa.




6/12/2014

Unreal

~Unreal you not mean you are bad, all people can you judge as a liar when you don’t believe with them. Unreal me is totally bad cause I knew myself is lying or no~

Bukankah tak menjadi masalah jika perkataan dan hati manusia tak lagi sama? Tentu saja tidak—di mata manusia. Bukan di mata Tuhan.

Terlalu banyak manusia pintar di dunia ini, tak kalah juga yang cerdas. Bagaimana dengan mereka yang tulus? Banyak sekali. Kalau yang pura-pura tulus? Yaampun kenapa berprasangka buruk terhadap ketulusan seseorang? Yang jelas pasti lebih banyak dari yang tulus. Pura-pura, semua orang juga bisa melakukan itu.

Sulit percaya dengan orang lain. Keluarga sekalipun. Meski tak bisa dielak bagaimanapun keluargalah yang paling dekat dengan kita, mempunyai ikatan yang entah itu bisa dikatakan keluarga ordinary or less-ordinary—sorry to say. Namun memang mempercayai dikatakan tak semudah nyebokin kambing yang ngompol.

Selalu merasa semuanya adalah palsu. Saat mengatakan iya, maka merasakan orang itu sedang menyembunyikan tidak. Mereka yang seperti ini adalah mereka yang kerap berpikir pesimis dan negatif. Yah meskipun didalam kitab sudah tertulis untuk khusnudzon yaitu berprasangka baik, karena sesungguhnya akan membuatmu sedikit tenang dan menjauhkan kekhawatiran dan kebimbangan.
Sikap orang tidak ada yang mengetahui, namun keplasuan dalam dirimu dapat dengan medah kau kenali. Kau memiliki alasan untuk melakukan itu. Kau memiliki hak, hanya saja jangan ada hati yang terluka dan tersakiti. 

6/07/2014

Untitled

Untitled

Dari dulu me selalu merasa beruntung tiap ada teman yang mau berteman dengan me. Me merasa she has nothing to give to others. She just doesn’t want make hurt on others. Tapi me selalu merasa keberuntungan adalah pemberian Tuhan. Maka akan ada masa semuanya pergi. Tapi saat sekarang belum sirna, me berusaha menggenggam, meski tidak mengatakan menggenggam, namun mengucap kata lemah lembut dari sini kepada Tuhan mesti dan di dengar mereka, apa peduli me. Karena me memang bukan malaikat. Toh sah-sah saja bersalah. Beda lagi salahnya disengaja dan emang kesenangannya adalah menciptakan kesalahan dan berbuat salah atau menyalahkan.


Me tidak pandai seperti pemenang citra Presiden yang membawa piala berlapis. Me bukan dewa atau malaikat yang akan selalu membahagiakan temannya. Me adalah manusia yang bernafas, berebut udara, berebut kasta, berebut tawa dan lainnya. Salah wajar. Toh tidak setiap hari salah. Toh tidak pernah ada niatan me berbuat salah atas dirinya, beda lagi apa yang ada dalam diri orang lain. Me bukan mereka yang bisa membaca pikiran dan bisa mencurangi segala sesuatu untuk hardikan puji. Me adalah dia yang benar-benar biasa. Here is nothing special on me. But I’m the special one that God sent for ma parents. Hope that there are no one whom I had hurt before I’m writing this post, please forgive me…or forgive me not up to you. This untitled post. . .

6/05/2014

Friendship. . .

"Friends. . ."

Aku punya teman. Dan aku berteman. Aku tidak memilih-milih teman. Hanya saja, sifat manusiawi akan memilih berada disisi orang-orang yang dapat memberi rasa nyaman pada (ku) mereka. Lalu itu dikatakan memilih? Bukan, karena sesungguhnya hidup untuk dijalani, bukan dipilih.

Aku berbicara dengan teman-temanku, bercanda, tertawa, berbagi—duka, luka, tangis, dan haru. Aku menyayangi mereka, dan aku tahu mereka pun sama. Betapa beruntungnya aku bertemu mereka. Salah seorang pujangga mengatakan, teman adalah seorang bidadari yang membawamu terbang ketika dalam masalah, saling mengingatkan bagaimana caranya untuk terbang. Bukankah kata-kata itu terlalu manis? Aku mengiakan, karena pertemanan tidak menyembunyikan kalimat buruk didepan maupun dibelakangmu. Pertemanan adalah sesuatu yang sangat manis dan berakibat rindu jika tidak diramu. Seperti petuah Kahlil Gibran, bahwa petemanan adalah selalu pertanggungjawaban yang manis, tidak pernah sebuah kesempatan.

Apakah pertemanan semua memiliki rasa manis? Jangan naïf, jika hanya merindukan manis, maka buat apa ada rasa asin, asam, pahit, pedas, dan yang lainnya. Justru dengan temanlah kita berbagi segala macam rasa itu, baik dengan senyuman, atau dengan pelukan.

Aku yang (tak) sama ini juga masih memberi ruang kepada teman-temanku untuk berjalan dengan hidupnya, dengan dirinya, begitu pula denganku. Karena tentu ada masa dimana kamu akan merindukan masa-masa dirimu hanya bersama dengan kesendirianmu. Karena terkadang pada saat itulah kamu akan berpikir betapa indahnya pertemanan. BEtapa bahagianya jika kamu bersama temanmu.

Salah seorang sosok yang kupuja bertanya “Nak, sebegitu gak punya teman kah kamu sampai kemana-mana harus sendiri?”

Bukan aku tidak memiliki teman atau tak mau mengajak temanku, hanya kurasa, mereka masih akan melakukan hal yang lebih penting daripada hanya menemani membeli  sesuatu, hanya menemaniku menservis sesuatu, aku rasa aku bisa melakukannya sendiri. Namanya juga orangtua. Khawatir anaknya kesepian. Khawatir jika kehidupan ini selalu menakutinya. Khawatir jika anaknya merasa tertindih dengan ringkihnya dunia.

Aku hanya tidak ingin merepotkan mereka—yang aku yakin mereka sangat menyayangiku. Aku hanya tidak ingin mereka merasa terbebani—meskipun kutahu mereka tidak akan merasa demikian. Aku hanya tidak ingin menerima perkataan yang tersembunyi—karena jujur aku masih sulit mempercayai. Aku hanya tidak ingin ada yang tersakiti—walaupun dalam secuil asa tidak pernah terlintas.

Kurasa pertemanan adalah jalan yang akan membawamu mengetahui keajaiban Tuhan pada dunia ini. Membawamu saling berbagi, keluh kesah sedih senang bahagia. Membawamu merindukan sosok ikhlas mereka.


“Pertemanan tidak akan membawamu didepan atau dibelakang, karena dia akan membawamu beriringan…”

6/04/2014

Me

Me=Aku <-- Yang begituan anak Playgroup juga tahu keleus.

Me, susah ya mendeskripsikan kata itu. Rasanya berat banget menjelaskan apa yang ada di diri me, atau seperti apa me, atau what is me S.W.O.T? Kan katanya kalau tak kenal maka tak sayang. Yah biar me banyak yang sayang gitu ceritanya. *embeeekkk

Kalau secara fisik, jika kalian melihat cewek dengan tubuh mirip buntelan atau tangki minyak pendek gempal dipinggir jalan, bisa jadi itu me

Kulit gelap, hitam legam, dengan wajah yang dipenuhi komedo, berminyak disana-sini. Kantung mata tebal hitam menakutkan, pupil berasa mau meloncat dari tempatnya dan menerkammu, bisa jadi itu me.

Dengan kemeja kancing terbuka dengan kaos oblong kegedean yang warnanya nabrak sana-sini, bisa jadi itu me

Model jilbab yang begitu-gitu aja, polos, segi empat yang di kasih pin, udah, bisa jadi itu me

Suka memakai sepatu phoenix warna gelap yang buluk dan jarang dicuci hingga berabad-abad, bisa jadi itu me

Bisa saja pas kalian lagi jalan di mall ada cewek yang minum air botolan sambil jalan dan lari tiap turun eskalator, bisa jadi itu me.

Oh ya, misal pas kalian di toko roti liat cewek yang dandanannya hiphop gagal dan diam di satu titik tempat roti tawar selama puluhan menit, bisa jadi itu me.

Atau pas lagi naik angkot ketemu cewek yang duduk dengan tatapan kosong dan muka kusam berkeringat dan sekelebat terlihat tersenyum kepadamu, bisa jadi itu me

Lagi nih, kalau kalian pas lagi jalan kemana gitu lihat cewek yang badannya kayak buntelan pendek gempal item dengan bawa kura-kura di punggungnya, bisa jadi itu me.

Bisa aja kalian ketemu me di lampu merah dengan sepeda gunung warna merah hasil nyolong punya pak kos dengan gaya hiphop gagal dan bawa kura-kura dipunggungnya, bisa jadi itu me.

Sekian buat me yang gak jelas dan suka bawa kura-kura. . .thank you.....

6/02/2014

My HipHop Style

My best friend said that this is the best style of me, hiphop, she said. 
She said so cz she wanna take my hat away, ha ha ha. No no, i mean, she like hat that much.
Is this my real style? Lhooo kok kepooo.

6/01/2014

1st Day in June

Ada apa 1st day in june? Selamat hari kelahiran Pancasila ya buat Indonesian. Yes, I'm indonesian.

Sunday~ Tapi tiba-tiba tadi pagi kepikiran buat pulang kerumah, dan akhirnya pulang. Naik bis dua jam dan B E R D I R I! Itu rasanya kakimu abis diinjak kambing sekampung, cetut cetut dan turun dari bis dengan kaki nyeret gegara kram itu. . . . oke I can't describe it with words.

Some people said that shelter terbaik di dunia adalah rumah. Yah sebelum pulang berkorban sedikit deh ya buat gak tidur dan nyelesaiin jurnal mingguan kayak biasanya. But just so you know aja ya, walaupun aku bacanya udah mati-matian, tapi tetep aja i was not get good score enough....yaudah lah ya, toh udah berusaha sebisa mungkin. Gak pasrah juga, terus berusaha. Yang paling penting sebenarnya bukan score, tapi keringat yang keluar dari sela-sela jari tangan. Eaaaaa

Bersyukur banget, merasa diberkati di 1st day in june hari ini. Makan chicken steak dan capucinno float sama dua adek laki-laki yang yaampun makannya . . . rakuuuuus. Dan nangis bombay di depan adek adalah sesuatu yang rasanya agak aneh tapi lega, bisa ngasih tahu gimana rasanya ini dan itu. Gimana susahnya jadi seorang yang pengen jadi penulis sepertiku. Ikut kompetisi ini dan itu. Deg deg an nunggu pengumuman ini dan itu. Reaksinya itu cuman diem dan ngangguk. At least masih ngasih respon. Yaampun naaak, semoga kamu selalu dimudahkan jalannya sama Tuhan.

Niatan buat masuk pondok pesantren-diberkahi, niat baik buat hafidz qur'an-dijabahi, dan menjadi anak yang sholeh, yang manut sama Tuhanmu, bapak-ibu, dan orang-orang baik lainnya. Do your best, dek.

1st day in june penuh dengan doa-doa baik buat adik perrtamaku, buat diriku sendiri, buat keluarga. Amiiiiiiinn

June

Hi June, be nice to me yah. . .

Saturday

There is nothing special about this day. But I always have had a funny story with my friend who's always with me (often) in saturday. Not only comes once, twice, three times, or i don't know, can't count it for exactly number of. 

Yah sebenarnya lucu disini bukan yang ngakak sampe guling-guling atau yang sampe ngebangunin mumi raja fir'aun saking lucunya. Bukan yang bikin nangis terharu karena ketawa terus. Lucu disini tuh ya lucu aja kenapa sering banget kita jalan pas malam minggu. Malamnya orang pacaran (katanya). Yaudah deh malamnya siapa gak peduli. Malamnya jomblo, malamnya korban pehape, malamnya tukang gantungin (hubungan), terserah deh ya. Yang jelas malem minggu itu emang epik, efek stigma masyarakat.

Yang bisa keinget sama kepala ini, terjadi beberapa bulan lalu pas malem minggu, i ate dinner with herthen we realized that it was saturday night and there ware too many couples around us. Aaaaak *embeeek*Then, yauda lah ya, so what gitu loh.

Efek anak kosan yang merindukan pelukan. Efek anak kosan yang kerap kesepian, karena setiap hari dipeluk cuman sama tuga. Hellowwwww cian amat. Akhirnya chit chat bareng temen adalah bukan hal yang salah. Tapi menyadari hari itu malem minggu adalah setelah berjam-jam menguap dengan bahasan yang sangat kawul-kawul. Trus tadi pagi, lagi-lagi yang entah ke-berapa kali, seharian habisin hari sabtu dengan my bestiests and sure it was just cute day. Pagi sih jalan biasa, nemenin Alya ke travel agent buat urus visa, kita tuh bener-bener yang gatau jalan, cuman pasrah sama plak arah di setiap perempatan lampu merah. Dan puji syukur, ruko warna kuning kita temui tanpa tersesat dan nyasar (seperti biasanya). Rasanya itu seperti kalian abis lahiran nemuin ruko travel agent itu. Wait wait ini yang pernah lahiran siapa ya btwNo one. Ya mungkin legaaaaaaaaaaaa gitu yaaaa.

Habis ngurus berkas di travel agent. Kita langsung cuuuuus nyari makan, maklum, perut itu memang prioritas utama biar mikirnya normal. Oke ambil uang ke ATM dulu, dan kejadian yang tidak diinginkan terjadi, pas lepas helm dari kepala, tangan licin, helm terlepas dari pegangan dan kebanting ke lantai semen dan penutupnya pecah jadi dua jadi terpaksa sekalian lepas itu penutup dan buang ke sampah dan well, just so you know, my helmet now is more like an old peci. Setelah beres kita lanjuuuuuuuutttttttt, dan hampir sejam nyari tempat makan yang didapet adalah cuman keliling tempat (baru) yang gak tau dimana ada tempat makan.

"Al, aku udah laper"
"Iya aku juga. Baiklah, ntr kalo nemu tempat makan pertama setelah belokan. Berarti kita makan disitu. Apapun."
". . ."
Akhirnya kita makan di warung Bu Hartati. Amoy gitu deh ibunya, tapi ini udah nenek-nenek ya. Kita pesen ayam bakar solo dua, dan minum jeruk nipis. Then we waited for the order come. Then do you know what happened? Ayam bakar solo berubah menjadi gudeg. Ah mungkin salah denger ibuknya, jadi kita makan aja (dengan sedikit terpaksa dan sedikit kecewa) sampe habis. Kemudian meminum minumannya sampa habis (juga). Setelah habis, ibunya datang daaaaaan,,,,,

"Yaampun nak, maaaaafffff ibu salahhhhhhhh. Anter gudeng. Padahal pesennya ayam bakar solo." Kita tuh yang langsung liat-liatan dan bareng bilang.
"Oh, gapapa buuuuk. Seriuuuussss" kayak drama-drama gitu deh pokoknya. Mana pake acara gak mau dibayar gitu awalnya. Ternyata ibunya itu lagi banyak pikiran, anaknya lagi ada yang meninggal dunia di Amerika sana, tapi belom di bawa pulang. Yaaaaah, we were sorry to hear that deh ya. Yah tapi akhirnya kita memaksa untuk bayar meskipun tetap gak mau dibayar penuh. Yaudah lah ya

Apakah perjalanan sabtu itu selesai? Tungguuuuuu, kita memutuskan untuk kembali (makan). Ha ha ha. Pangsit (mie ayam) dan es blewah. Dan welllll enaaaaaaaaaaakkkkk. Worth it udah jauh2 jalan gitu. Hahahaha

Mungkin seperti itu deh ya perjalanan sabtu yang bakal jadi kenangan sendiri buat kita. Pertemanan yang well can't described with words only.
Pipit, Me, Alya, and Tika

Stairs

Stairs, I'd like to capture it. It has tought us well about live in life.
Tangga memiliki anak tangga. Saat memutuskan untuk berada di puncak anak tangga. Maka terlebih akan melewati puluhan bahkan ratusan anak tangga dahulu. Bukankah itu manis?

Hidup memiliki tantangannya. Hidup memiliki tingkatannya. Semakin tinggi tingkatan maka semakin berat tantangan yang akan dihadapi. Bukankah itu seperti pepatah yang entah siapa yang mengatakan? Anggap saja kita meminjam kalimatnya untuk menyampaikan inginku menjelaskan tentang tangga dan anak tangga yang berhubungan dengan hidup (ini).

Saat sudah melampaui tantangan awal, maka dapat bernapas lega dan tersenyum atas hasil yang diperoleh dengan usaha kerasnya. Yah, namanya manusia. Pasti ada rasa kurangnya. Karena kebanyakan dari mereka seolah melupakan tatapan ke bawah dan hanya terus menatap ke atas. Yang sebenarnya bisa dikatakan cukup namun sifat manusia yang tak mudah itulah yang membuatnya terus berusaha untuk mencapi titik paling puncak dari tangga yang dia tuju. Maka mereka akan terus berupaya untuk terus mencari puncak yang mereka mau. 

Kehidupan manusia juga tidak sama. Begitupun tangga dibangun juga berbeda. Berbeda tinggi dan fungsinya. Saat tangga itu memiliki anak tangga yang lebih banyak, maka butuh waktu yang lebih lama. Seperti halnya, semakin tinggi prioritas puncaknya maka semakin berat usaha dan upaya untuk menghadapi tantangan dan rintangan yang siap menghadang. Toh nanti hasil akhirnya dinikmatin juga. Yang penting jangan lupa, semuanya gak bakal dibawa mati sih.

Nih ada lagi, tangga yang lain. . .
Setiap tangga punya keindahannya masing-masing. Begitupula dengan hidup. Mereka punya keindahan dan kesenangannya sendiri. Bukankah dikatakan oleh seseorang, yang menentukan hidupmu bukanlah orang lain melainkan dirimu sendiri, dengan apa yang kamu baca, dengan siapa kamu berbincang, dan seperti apa keyakinanmu pada Tuhanmu....

Dua tangga di atas masih memberi pegangan saat kamu merasa lelah dan butuh penopang, maka ada pegangan disisi kanan dan kirinya. Maka kamu tidak perlu takut terjatuh, melangkahlah pasti dengan takadmu. Yang hebatnya lagi adalah mereka yang menapat anak tangga demi anak tangga, dengan pelan-pelan, tanpa pegangan, dan semuanya berjalan smooth, karena mereka hati-hati. Meskipun sempit dan menegangkan, tapi bukankah sudah ada niat disana untuk sampai di puncak....