5/24/2022

I'M EXHAUSTED

 Does God really love me?


But why? Why am I being rewarded like this? Is it because I often leave him? Am i that bad?


Very arrogant. Just asking the questions above has become a form of my neglect of the majesty of God who chooses the world and everything in it. Am I that bad? Until it feels like happiness refuses to come to me? Am I too grandiose to ask for something?


God, am I that bad? Isn't there a little happy left for me? Am I that insulted? God....do I not deserve a glimmer of peace and tranquility in my soul? I miss that.


God? Am I that bad? Can my apologizes be accepted? Have I never been sincere with my good? Was my good all this time are not good enough? Was what I actually did while I was alive wasn't good? But the fulfillment of the demands of the world around me?


God, I didn't kill....I didn't commit adultery....I didn't hurt other people on purpose either?


Am I disobedient to God? Am I wrong to blame my mother when she cheated on my family? Should I just shut up and let it go? God? Am I wrong for pushing the truth that I believe in? Then what should i do then? People out there said I was bad for yelling at my mom? Should I just shut up? God, am I that bad?


Am I not entitled to a glimmer of calm and peace in my soul?


God, can everything just stop if I don't have any benefit in me anymore? If myself doesn't has any beneficial in life, can i just die? God, what should I do? Did I really agree to be born on earth back then before it all started? Why is it like this, God? What have I done to be rewarded like this?


God, am I that bad?


Can it all end?


I'm tired.




CAN I JUST....DIE?

Considered as a parasite just because your job is not like a normative human going to the office from 9 to 5.


Considered abnormal just because they are not married at the age of almost 30 years.


Considered to have defected from religion just because of respect for other religious groups?


Why don't humans become a little wiser by thinking "Why PEOPLE are SO busy taking care of other's lives that have no significance in theirs?". I really don't understand why humans are busy with other people, not with themselves.


Especially when you are not considered worthy just because you don't meet society's standards. Not undergoing custom in society. Or even just for disagreeing with an opinion that almost half of the people on earth agree with.


Such as, marriage is a perfect complement to your life or a complement to your religion and so on. Bullshit I don't believe it. Never once in my life.


When they don't allow me to live with the human rights attached to me, can I just die? I
mean i don't want to live long either. Instead of wanting to do evil, wanting to curse, wanting to complain, wanting to say this world is unfair? I guess die is way better than that. Will not harm anyone.


So, CAN I JUST....DIE?




5/23/2022

AN EXPLOSION

 

A big explosion has occurred in my life, which made me realize that I am no better than trash that is thrown away, trampled on, forgotten and useless.


It feels like it's been too long since I made the people around me suffer. They were too kind to allow myself and my freedom of thought, independence, and my indifference and insensitivity to my surrounding and make it all explode in the end. Now i'm being a coward, confused even to start apologizing, where to start? It's all too complex and makes my head feel like it's going to explode right now.


The strange thoughts that were creeping deeper and deeper in my head messed everything up. Instead of getting better, it felt like I was losing myself. Drift away. Swallowed by those strange thoughts. I'm a mess, my life is a mess. And it's nobody's fault but myself.


I should have realized that I can't control other people's opinions, behaviors, and desires, but myself. I realized everything too late. Obviously I can't go back, nobody allow me to stop and disappear from this earth. Why? I'm worthless too, why should I stay?




2/12/2019

Curhatan Bulan Februari



It hurts my feeling somehow.


Komentar dari teman, saudara, keluarga, atau mereka yang bisa saja hanya bertemu beberapa kali seumur hidup, terkadang itulah yang melekat. Tertinggal dan menancap pada hati dan pikiran. Tidak baik memang, tapi begitulah kenyataannya. Mau menampik? Bua tapa? Toh manusiawi bukan untuk merasa sakit hati, kecewa, marah atau pun sedih?

Beberapa komentar pun hadir dalam keseharianku tiga tahun belakangan. Menyebalkan memang, tetapi aku harus bertahan hidup dan terus berkarya untuk membuktikan kepada mereka, bahwa pendapat mereka itu tidak melulu benar. Atau konstruksi sosial yang selama ini tertanam di masyarakat pun tidak sepenuhnya benar dan harus ditelan mentah-mentah.

Semua bermula ketika aku didiagnosa dokter sebagai pasien radang pernafasan, liver, dan mempunyai virus Hepatitis B di dalamnya—di dalam hati. Pertanyaan pertama yang muncul di kepalaku adalah, ‘aku tertular oleh siapa?’. Aku memang tidak menjaga makananku, aku suka memakan junkfood, i didn’t do sport since 3rd year of my college life. Mungkin aku terlalu banyak mengkonsumsi makanan tidak sehat jadi mudah terkontaminasi oleh virus dan bakteri. Ya karena aku tidak mungkin tertular lewat sex. Cause I never had one. Never. Jadi kemungkinan terbesar adalah dari piring/sendok di warung tempat biasa aku membeli makan ketika jadi anak kosan.

I was overthinking about it till got insomnia for almost 5 months. I hated it. But I was glad that my daddy always there. Mom? I didn’t know.

Banyak hal terjadi ketika aku dalam stase pemulihan. Bahkan kejadian yang pernah membuatku membakar betis sebelah kananku, saking kesalnya. Aku bahkan sampai kehilangan 7 kilo berat badanku dalam waktu dua minggu. Nafsu makan menurun meski sudah diberi vitamin dan beberapa obat untuk dikonsumsi setiap harinya.

Tapi apa? Ada satu komentar yang membuatku kehabisan kata-kata untuk membalas ucapannya.

“Kamu tidak ingin menikah saja, biar penyakitmu sembuh?”

WTF people thinking about marriage? A medicine to cure severe illness? WOW cool!

I’m just 24, no…I was only 21 then three years ago. But why people so busy commenting my illness, and what? They said marriage can cure it. Bij, even my doctor—my internist—said that it can’t be cured. The virus just will take some rest inside my liver. Ha ha ha funny? It is funny for real.

“Complement each other’s life will make you eager and wiser. But that’s not only through marriage, and it is not only applies to couple!”

And 3 days ago, one of my uncles, not close enough to have even my phone number, then he popped out with his harsh comment,

“Udah tua kok belom kawin, nanti jadi perawan tua gak laku, hidupmu ga bahagia, agamamu gak sempurna.”

Sejak kapan pernikahan jadi justifikasi untuk sebuah kebahagiaan? Sejak kapan pula ‘institusi’ itu jadi justifikasi tentang kesempurnaan agama seorang kaum?

Hadeuh tulung, pening pula pala aing dibuatnya.

Tidak menolak kenyataan bahwasanya perasaanku sakit ketika mendengar komentar-komentar pedas tentang tetangganya, tentang seorang perempuan yang mungkin saja baru pertama kali mereka temui dan mereka mengomentari dengan sangat tidak bijak tentang usianya yang sudah dewasa dan belum menikah? It hurts my feeling somehow.

Is this life completely only about re-reproduction? Yeah, suck and yet sad at the same time to those who still thinking that way. Here come to me, I will pat your back to calm you down.

Tentu saja aku merasa sakit hati. Apa salahku? Apa aku pernah menyakiti mereka di masa lalu? Apa aku sebegitu salahnya untuk tetap sendiri di usiaku yang masih muda?

NOPE! I’m doing right! I amend myself for a better place for human being.

Salah ketika hidupku ini merugikan dan menyusahkan banyak orang.

Atau ketika seorang di luar sana mengomentari kehidupanku yang menurutnya “Kok dia bisa seperti itu sih?”

Sayangnya Daf, sayang Faid, sayangnya siapapun di luar sana, emang hidup itu kan katanya ‘sawang sinawang’. Tapi alhamdulillah aku bisa melakukan pekerjaan ini pelan-pelan dan selesai. Bukan hanya duduk diam dan dapat uang. Aku tidak sepandai itu untuk duduk diam tetapi ber-uang. Setidaknya semuanya cukup untuk menyenangkan diri, membelikan popok dan susu anak, serta untuk menabung.

Kalian tidak perlu iri dengan hidupku, aku hanya manusia biasa. Tanpa kekuatan super.

Jadi, alangkah baiknya jika kita bisa menghargai hidup orang lain. Berbicara yang sopan. Karena aku takut juga salah berucap di depan teman-teman. Yang tanpa sadar kalimatku sudah menyakiti, aku minta maaf ya.

Setidaknya aku bahagia menurut standarku, aku menyukai banyak hal. Aku menyukai banyak makanan. Meski aku tidak bisa membuat satu pun di antaranya. Aku punya banyak teman, mereka mengajarkan hal-hal baru. Tentu saja aku punya hak untuk mendengarkan dan punya kemampuan untuk memilihnya pula. Yamasa semua kutelan dan kulakukan.

Though I’m not a good person, I can guarantee you all that I’m not a bad one. I’m just not good enough, I lie sometimes, I do angry, sad, disappointed and cringe, iyuh. Tetapi aku ‘katanya’ cukup menyenangkan untuk beberapa hal. (Nyampah di teel orang misalnya)


11/06/2018

Mungkin





Tidak terasa sudah hampir sebulan tidak menginjakkan kaki gepeng ini di rumah. Maksudku, rumah orang tuaku. (Kalau aku sih belum punya rumah, bayar kosan aja sering ngutang sama ibu kos.)

"To do what i love, to get what i need, to create the world that i want to live in."
Mendadak aku jadi merindukan orang-orang yang sudah lama tidak kurusuhi hidupnya. Mendadak saja mengirim pesan kepada mereka. Beruntungnya aku, mereka masih orang-orang hebat yang dengan senang hati membalas pesan-pesan sampahku. Itulah alasan mengapa aku menyayangi mereka.

Mereka yang tiba-tiba mengatakan,

"Aku gapaham lagi sama kamu, daf."

"Aku gangerti lagi maunya hidupmu itu apa, id!"

Atau

"Impulsif kok terus-terusan."

Kalian tahu lah aku menyayangi kalian, setulus hati.


Dua bulan terakhir, rasanya hidupku benar-benar hanya berfokus pada diri sendiri. Aku merasa sudah berbaik hati mengijinkan diri ini mencapai titik di mana,

"Tidak apa-apa, toh kamu tidak merugikan siapa-siapa."

Aku bertemu begitu banyak manusia dua bulan terakhir. Dari berbagai belahan planet bumi. Aku belajar banyak hal baru. Sesuatu yang tidak bisa dibeli dengan uang, kurasa. Mendapatkan banyak teman baru. Dan cerita-cerita yang sanggup menyobek ulu hati seorang aku yang lemah ini.

Aku benar-benar merasa bangga bisa mengenal diriku lebih jauh lewat mereka. Mereka sedikit mengajarkanku untuk mengenal diri lebih jauh, khususnya untuk tidak selalu mengiakan. Jadi semalam, aku memutuskan untuk bertanya pada seseorang secara tiba-tiba.

Brother, why ppl suddenly change their convo when meet me in person?


What do you mean?


You know, they talk so active even openly share their opinions in case i can counter em via message. But turn to be a stone when meet me in person.


You didn't text me in centuries then your name pop up like my not and askn abt that sh*t! 


MEH! Me asking you seriously pek.


Then i will answer seriously tho


Pppaaaalllliiiii juseyong!


It has nothing to do about your ugliness, sissy! 


Ouch thx!


You think you're not. But you are!


SO RUDE!


They are not rude, they are not impolite, they are not arrogant. They just don't like you. Because you are ugly, sissy.


LOL. But, i loved by many! Just forget abt those punks. And let's grab some chips on weekend how?


Now i know the reason you chat me!


WHAT?


Need friend to ghibah!


Mungkin jawaban cecunguk di atas itu ada benarnya juga, ya. Mungkin. Karena aku yakin mereka yang mau berteman dan bertahan denganku hanyalah orang-orang hebat yang tidak pernah mengharapkan apa-apa. Karena aku memang tidak punya apa-apa. Bodoh saja tidak punya. Apalagi pintar. Jelek saja tidak punya. Apalagi cantik. Baik juga tidak. Hanya punya seorang aku yang berkenan mendengarkan cerita-cerita hebat milik mereka.

Mungkin.

Mungkin saja, kan.

9/14/2018

Tentang Pernikahan

Made by Dafaid

------------
Sebal rasanya ketika seseorang yang tidak tahu menahu perihal diri kita dengan semena-mena mengomentari kehidupan kita. Ada yang bilang ketika seseorang mengomentari kehidupan kita artinya mereka peduli. Bukannya aku tidak setuju, akan tetapi bisa berarti dua. Pertama, mereka benar-benar peduli, atau yang kedua, mereka iri dengan kehidupan kita. Hidup kan sawang-sinawang, katanya.

Tidak hanya mengomentari gaya hidup kita yang menurut mereka tidak berguna. Berguna dan tidak berguna itu memiliki makna yang luas. Berguna menurutku bisa saja tidak berguna menurut orang lain.

Orang bisa saja berpikir membelanjakan gaji bulanannya untuk membeli perkakas sandang, aksesoris, make up, dan barang-barang bermerek lainnya ketimbang membeli buku dan tiket kereta kesana-kemari sepertiku—yang dianggap tidak berguna. Karena menurutku itu berguna-berguna saja. Aku menikmati buku yang kubeli. Aku menikmati setiap perjalanan yang sudah kutempuh. Aku menikmati perbincangan dan cerita di setiap perjalanan. Bagian mananya yang tidak berguna?

Tidak berhenti sampai di situ saja, mereka mengomentari usiaku yang (baru/sudah) 23 tahun—it is actually young enough to enjoy every pieces of chocolate cupcakes and a cup of ice cream—dan masih sendiri. People helloooooo? So what? Sendiri bukan berarti tidak mampu bahagia ya!

Ini tentang pernikahan, bohong kalau tidak pernah memikirkannya. Bohong jika tidak dibuat ketakutan oleh konsep mengerikan itu. Di islam, beberapa orang yang kutemui dan membahas tentang konsep tersebut, mereka mengatakan bahwa pernikahan merupakan proses penyempurnaan agama. Yakin setelah menikah agamanya menjadi sempurna, atau let’s say ilmu agama dan imannya membaik? No guarantee, honey.

Dalam rukun islam dan rukun iman islam, tidak disebutkan mengenai pernikahan dilakukan untuk sempurnakan rukun islam atau tentang iman pada pernikahan. Bukankah masih banyak aspek kehidupan lain yang lebih penting? Menyayangi bumi misalnya!

Ketika mereka bertanya,

“Kapan?”

Bukankah jodoh itu ditangan Tuhan? Lalu kenapa masih tanya-tanya saja? Memang aku tahu? Orang aku bukan Tuhan.

Boleh saja kalian mengatakan aku terlalu menganggap serius tentang pertanyaan-pertanyaan mengenai pernikahan itu, tapi pernikahan bukan sebuah candaan belaka.

Tahukah kalian mengapa seseorang memilih untuk tidak menikah? Jawabannya adalah, apakah alasan seseorang untuk tidak menikah tersebut sebegitu penting buat kalian?

Orang hidup itu punya borok sendiri-sendiri. Bisa jadi salah satu borok itu yang membuat seseorang memilih untuk tidak menikah atau mempercayakan hidupnya pada sebuah konsep pernikahan.

“Aku berjanji akan membuatmu bahagia.”

Pernikahan bukan satu-satunya jalan untuk membuat orang lain bahagia. Dan, setiap janji bisa saja tidak ditepati. Janji bisa dilanggar, terlebih janji yang tidak ada jaminannya.

“Jaminan surga untukmu ketika menikah.”

Yang bisa menjamin surga untuk hambanya itu hanya Tuhan. Bukan manusia yang sukanya mengeluh tentang panas dan hujan. Mengeluh tentang kembalian alfabetamart atau indoapril berupa permen dua puluh biji karena tidak ada uang 5 ribu? Plis, what an excuse to give twenty candies instead of five thousand rupiah. Yasudah akhiri kejulidan kita pada kembalian permen itu.

“Ih nanti dah tua gak laku, gabisa punya anak, gak punya keturunan, sengsara hidupnya.”

Eh itu mulutnya dijaga kalau bicara sembarangan ya, manusia. Memangnya hidup ini hanya urusan anak dan keturunan? Sudah cukup ya jumlah manusia di bumi ini, ditambah-tambahi bukan berarti semakin baik pula bumi ini dibuatnya.

Dari situ jadi semakin mengerti mengapa seseorang terkadang memilih menanggapi hanya dengan senyuman atau diam saja daripada diberondong pertanyaan-pertanyaan anakan dari konsep itu.

Bukannya menolak atau tidak setuju dengan institusi pernikahan, tidak sama sekali! Aku senang ketika kawan dekatku menikah, memercayakan sisa hidupnya bersama seseorang yang dipercayanya sebagai penyumbang tulang rusuk. Aku mendoakan kebahagiaan mereka dengan tulus. Karena aku yakin mereka sungguh bahagia dengan pilihan itu. Semoga berkah Tuhan selalu melimpah ruah sampai akhir hayat memisahkan.

Hanya saja. . . .

Aku tidak mengindahkan klausa tentang pernikahan adalah tempat yang lebih baik untuk perempuan. Siapa yang dapat menjamin itu? Siapa yang tahu apa yang akan terjadi setelah pernikahan itu terjadi? Tidak ada yang tahu.

Hanya saja. . . .

Hanya saja aku sedih ketika melihat orang-orang yang kukasihi, diberdaya oleh pernikahan. Dibuat menangis oleh pernikahan. Dihianati oleh pernikahan. BUKAN. Bukan salah pernikahan, ini salah perasaan yang dilibatkan dalam sebuah pernikahan dan seringkali menyakiti satu maupun kedua belah pihak. Dan sedihnya lagi, mereka memilih untuk mempertahankan pernikahan itu. Dengan menyisakan sisa-sisa yang tersisa di sisa pernikahan mereka. Terlalu banyak sisa, memang sengaja.

Sayang sekali.

Semoga masyarakat, kita, teman kita, saudara, dan orang-orang terdekat semakin bijak dalam memandang sebuah pernikahan, konsep pernikahan, institusi pernikahan, maupun kehidupan pasca nantinya. Karena akan semakin banyak kepala yang terlibat dalam sebuah hubungan ‘resmi’ ini. Diperlukan yang namanya mendengarkan dan menekan ego maupun idealisme. Dibutuhkan sebuah keseimbangan.
Terima kasih untuk kalian yang berkenan menyempatkan membaca tulisan ini.

------------

Untuk kalian yang tertarik tentang topik seperti ini dapat berselancar di Magdalene.co


6/08/2018

Kesan Hangat


Kesan yang hangat.
Salam rindu dari Acil untukku,

Dafaid,
Begitulah beliau memanggilku. Nama itulah yang beliau kenal. Nama yang membuat perasaanku tergelitik, karena itu hanya nama panggilan. Tak mengapa, aku cukup senang karena nama itu memberikan kesan yang baik ke banyak orang.

Cicit, terima kasih sudah menyampaikan salamnya untukku. Sampaikan juga salamku untuknya J

Dua malam yang lalu, cicit dan aku berbincang tentang aku yang masih hype being a fangirl of kpop. And end up saling bertukar rindu dan harapan. We’ve been through so many obstacles in life, we’re goin stronger actually, hon.

Kemudian kamu nyeletuk, cit,

“dapat salam btw dri mamaku dan kakaku kangen kamu hahahahahahahahahahha”

Terlalu banyak hahahahaha membuatku ikut tertawa, how can? It has been years! 

“mamaku selalu kangen km klo ak nyebut namamu daf hahahahahah”

“mamaku bahkan ga bisa inget nama tmn” kuliah sm sma tp dia ingat mulu sama kau”

Aku berkaca-kaca membaca obrolan tersebut. Believe me or not, I still remember her voice though, Cit. Your mom’s voice! Advices from your dad, I do remember it all until now.

Andai kita tidak dipisahkan jarak, aku pasti sering merusuh di rumahmu, Cit. The way your fams care eo adore me that much.

Aku sedang menyiapkan semuanya. Biar nanti aku bisa dua minggu atau lebih.