9/24/2015

Happy Birthday

Happy Birthday, Brother.

Masih bulan September kan ya? Eike kasih hadiah tulisan aja ya kak, Cuma punya ini. Ha ha ha

Congratulation. Celebrate it. Party with the age. Not only count it. You’ve set your pace that well, running fast as always.

I dunno what to say,

Maybe thanks thing.

Beruntung tahu eike ketemu anak HI (yang sekarang sudah s.hub int.) kayak kamu, kak. Sudah kasih petuah dan wejangan yang amboi. Fans bana lai ambo sama kamu, kak. Hobi melancong lintas batas a la anak HI gitu. Dedek fans benar sama kakak kece seperti kamu.

Kakak (yang tidak sedarah), gak papa kan aku anggap kakak sendiri? Tapi kasihan sekali situ punya adek kayak aku (sudah gak gaul, alay lagi) -_- oke abaikan.

Terimakasih banyak ya, Kak. Sudah mau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kadang tidak butuh jawaban.

Terimakasih loh pinjaman buku (kitab suci) yang useful pol.

Mohon maaf kemarin tidak datang ke wisudaannya, mager loh ke Malang. *puppy eyes*

Terimakasih sudah lahir, ha ha ha.

BTW, eike tunggu traktirannya. Secangkir kopi juga tidak mengapa. He he he

Sukses selalu ya kak kedepannya. Meski dengan terjal jalan, ada landai, ada terjal lagi, dan seterusnya. You’ll get your own top.

Mau kasih semangat boleh?

I was red a book. The book that I showed you ytd. It is cool. It isn’t about love, but you said won’t read it.

Berhubungan dengan cerita malam itu,

“Have you ever been fall in love and then you don’t know how to confess bcz you see impossibilities are getting rough ahead”

Setelah dedek pahami, perasaan itu menyakitkan. Mungkin karena aku tidak pernah merasakannya jadi eike hanya menjawab asal.

Ehm, perasaan itu seperti signal kak, kata seseorang yang ku kenal di seberang sana. Saat signal buruk, maka akan dicari posisi maupun tempat yang memberikan signal lebih baik. Jika sudah lama mencari posisi dan tempat tapi tetap saja nihil, ada kemungkinan mengganti operator. Saat signal baik—bahkan dari awal sudah baik—maka tidak akan menghadirkan geram atau sakit dan sebangsanya.

You can through this hard moment, kak. I’m sure. As your little sister, maybe I just can tell you something like this. I’m afraid you’ll get punch if I said my silly words. Ha ha ha

I don’t know anything abt love, kak. But it’s okay to feel it, once or more. But I know it’s not okay to fall in love, it’s always hard to get out.

Tapi, Tuhan tahu loh kemampuan hati manusianya. Sekali Tuhan memberikan yang berat maka dia tahu kamu bisa mengatasinya dengan caramu, kak. Semangat kakak kece yang selalu menginspirasi. Hati-hati di negeri orang.

Sekali lagi, selamat ulang tahun kakak besarku. Big hug for you.

Thanks


9/17/2015

Dear, Brotha_

Dear,
Brotha_

“Laugh if it is your time to. But don’t! If you are hurting” Broher

Hei, you just got your sixteen. Be better than ever ya. You’ve gotten taller than me, bigger than me. Don’t do thing unimportant. A year more you will get your seventeen. It is just the same. Be proud of yourself, set your pace, and run as long as the step you can take.

Sepertinya kita bisa kerjasama dalam kepenulisan. Kita bertiga, kita dan Ibuk. Mari menulis big project ya.

Yaampun dulu aku piggyback kamu pas masih kecil, sekarang aku yang bonceng kamu saja malu. Kamu sudah besar. Dulu aku yang mengingatkan kamu untuk sholat, sekarang bahkan kamu lebih khusyu’ daripada aku.

Ingat dulu aku suka cium-cium kamu, dan kamu berteriak tidak suka. Sekarang tidak akan lagi, kamu sudah besar.

Jangan melakukan hal-hal yang tidak penting ya. Mbak mengingatkan saja.

Kamu rajinlah membaca, jangan hanya dibeli saja bukunya tapi tidak dibaca. Tidak apa novel, tapi dibaca. Dipahami isinya. Ada makna lain dibalik satu makna.

Ngaji yang bener. Jangan mendikte pahammu untuk selalu setuju. Jangan menolak salah pahammu jika memang itu salah. Tidak apa bermain, tolong bermainlah sesuatu yang berguna. Yang tidak membuang banyak uang.

Orang tua di rumah berdo’a untuk kebaikanmu. Jangan sakiti, jangan lukai kepercayaan mereka. Mereka percaya satu kali. Dan sampai akhir, sekali saja kamu colek kepercayaan mereka dengan kebohongan, jangan mengharapkan sampai akhir. Karena kepercayaan mereka sudah dicabut untukmu. Mbak hanya mengingatkan. Aku masih belum bisa membantu membiayai sekolahmu. Menasehati mungkin belum bijak. Tapi setidaknya aku tidak akan menyesatkanmu.

Jangan tersesat. Bertanyalah jika tidak tahu. Jangan menembus dinding. Jangan melawannya, bukalah dinding itu pelan-pelan. Ada jalan yang lebih lurus.

Selamat dan sukses. Aku mencintaimu.

Thanks,

Your Sister_

9/11/2015

Dear, Mommy_

Dear,
Mommy—

“Begitu banyak orang pintar, tapi jarang diantara mereka yang mau mengerti. Banyak orang sukses, jarang diantara mereka yang mau belajar bersyukur dari kecil.” Mommy

Selamat Milad ya, duhai Ibu yang selalu selamanya aku cintai. Tak terasa sudah 20 tahun bersamaku.

“Rasanya kamu kemarin masih sekecil ini” Katanya menunjuk kursi disamping kami.

Umurmu begitu muda saat memutuskan untuk menikahi laki-laki pertama yang membuatku jatuh cinta. Hingga lima tahun kemudian aku lahir. Anak pertamamu.

Ibu bercerita tentang aku kecil yang nakal. Tentang aku yang suka membuat anak tetangga menangis. Tentang aku yang suka sakit, karena daya imunku yang rendah. Tentang aku yang selalu membuatmu tersenyum. Kumohon lain kali ceritalah tentang Ibu. Tentang masa kecilmu. Kuharap kita punya masa kecil yang cukup bahagia.

Ibu, kamu adalah wanita tercantik. Kamu adalah panutanku. Kesabaranmu, kebahagiaanmu, rasa syukur yang selalu Ibu lafadzkan dengan indah setiap saat. Aku rindu.

Di hari berkurangnya umur, aku malah tidak disampingmu mengecup pipi cekungmu. Hidungmu yang tinggi menjulang.

Ah, aku hanya ingin mengucapkan terimakasih. Telah membesarkan aku dengan cerita-cerita kehidupan. Menunjukkan padaku bagaimana roda berputar. Mengajarkan aku bagaimana merawat dan bersepakat dengan isi dompet. Hanya saja, kita tidak banyak bercerita. Aku tidak ingin menceritakan tentang aku. Aku ingin mendengarkan cerita Ibu. Ibu bilang, aku belum cukup baik untuk menjadi pendengar. Lain kali, mari habiskan lebih banyak waktu bersama. Bersama suamimu, bersama aku, bersama dua adik lelakiku. Mari kita kabur sejenak.

“Kamu harus jadi lebih dewasa. Kamu sudah dua puluh. Kamu harus lebih sabar. Dunia itu ganas.” Pesanmu.

“Pulanglah jika ingin pulang. Jangan minta ijin. Aku tidak pernah menawarkan ijin untukmu. Itu hak patenmu untuk pulang.” Kuharap Ibu menyelesaikan buku yang ditulis segera. Mari realisasikan itu.

Ibu begitu suka membaca buku. Segala macam buku yang kubeli dibaca. Ya, meski buku yang kubeli terkadang isinya kurang ajar vulgarnya. Tapi Ibu hanya memandangku dengan alis yang terangkat sebelah. Aku iri tidak bisa mengangkat separuh alisku sepertimu.

“Tidak berarti setinggi tinggi pendidikanmu jika tidak mau memandang sekitarmu.” Ibu selalu mewanti-wantiku.

Ibu, lain waktu kita bicarakan lagi rencana bisnis keluarga yang selalu terputus di tengah jalan. Mari bicarakan lagi masa depan keluarga kita, keluarga kita. Bukan keluarga orang lain. Kumohon.

Ibu, jaga kesehatan. Makan pisang. Ha ha ha

Ibu, semoga istiqomah belajar alquran dan hadits meski di umur yang sekarang.

Ibu, terimakasih sudah mengajariku untuk senantiasa bersyukur.

Terimakasih sudah berkanan menikah dengan laki-laki hebat yang menjadi my super one.

Terimakasih sudah melahirkan aku, merawat, sabar menghadapiku.


Your Strong Daughter