3/30/2016

Maret, 27-2016

Dear,
Als
Happy Alyaday (March, 27th)

Happy birthday to you, Al. Count the experience you’ve done, not only the ages.

Hey, ingat pertama kali kita bertemu? Hampir empat tahun lalu. Saat umurmu masih enam belas. Saat kamu masih berbicara dengan logat Jambi. Sekarang sudah fasih bahasa jawa dengan logat Surabaya.

Dulu Alya belum bisa naik motor, sekarang sudah bisa ‘ngebut’ di jalanan.
Dulu Alya belum suka make-up, sekarang bibirnya sudah dipolesi gincu.

Dulu Alya masih enam belas, sekarang sudah dua puluh.

Begitu ahlinya waktu membuat kita terhenyak dalam pusaran kehidupan yang dipenuhi teka-teki. Sampai empat tahun rasanya seperti dua minggu saja.

Waktu itu seolah tak peduli apa yang kamu kerjakan, dia hanya ingin berlari kedepan, maka kamu yang harus mempedulikannya. Waktu tak mempertimbangkan apa yang kamu lakukan, dia ahli dalam menjalankan bom waktu, maka kamu yang harus mempertimbangkannya.

Terimakasih Alya karena Aku mengenalmu.

Alya yang memilih belanja komik daripada belanja baju dan gincu.

Alya yang memilih tidur daripada menunggu yang tidak pasti.

Alya yang selalu menyelesaikan masalah tanpa berlari kesana kemari.

Alya yang mengatakan sesuatu apa adanya. Terimakasih, Als.

Alya yang lemari bajunya sudah terkontaminasi warna hitam. Selamat.

Alya yang tidak pernah lelah merubah dekorasi kamarnya.

Alya yang selalu bermasalah dengan gunting dan kabel, semoga tahun ini tidak.

Alya yang suka memakai piyama, semoga tahun ini semakin dewasa.

Semoga tahun ini semua kebaikan ada padamu. Dan angka dua puluh tidak hanya peralihan tapi perubahan. Meski berubah tak semudah cuci tangan pakai sabun seperti di iklan.

Semoga Alya semakin mahir bersyukur dan menjaga hati. Dan angka dua puluh membuatmu terlatih mengerti. Semakin sayang Mama, Ayah dan Hera.

Jangan lelah denganku yang suka ‘pehape’ ini.

Jangan hitung berapa kali kita malam mingguan berdua. Saking seringnya.

Jangan bosan cerita apapun padaku, aku akan mendengarkannya.

Jangan enggan bertanya padaku, meski pertanyaanmu tak selalu terjawab olehku.

Hidup ini hanya sebentar, begitu pula pertemanan ini. Semoga pertemanan kita memberikan manfaat dan kebahagiaan. Amin.

Kita di dunia ini seperti burung, hinggap, dan pergi. Buatlah hidupmu berarti.

Sekali lagi, selamat ulang tahun Alya Triska Sutrisno.


With Love.

3/24/2016

Februari, 12-2016

Super Happy Belated Birthday for Me!

It’s a 21! Wow.

Hai,

Kurasa sapaan itu cukup untuk menyapa umur baru. Tidak perlu pesta selamat datang. Doa selamat saja sudah cukup. Karena yang berlebihan memang tidak baik.

Pertama, terimakasih kepada Allah.
Tuhan semesta alam yang bersedia menambahkan umur untukku. Memberiku keajaiban setiap harinya. Menenangkanku di setiap saat. Memberiku kekuatan rohani serta ketangguhan jiwa. Mempercayakan satu lebihan tahun lagi di umurku.

Semoga aku kian mahir bersyukur. Semoga aku memanfatkannya dengan sebaik mungkin. Semoga aku kian disadarkan akan keajaiban-keajaiban kecil lainnya di setiap hembus nafas. Semoga taqwaku semakin teguh.

Kedua, terimakasih kepada Orang Tua.
Semoga kalian berdua senantiasa dipanjangkan usia dan rejeki. Semoga kalian berdua tidak lelah memaafkanku yang masih suka merepotkan dan mengkhawatirkan.

Semoga putri kecil kalian ini menjadi semakin dewasa dan bisa diandalkan. Bisa dilepas tanpa menghadirkan kekhawatiran. Semoga tidak lagi menguras isi dompet untuk dijarah rentenir keihklasan. Semoga tidak terjebak di sarang penyamun. Semoga aku selalu membuat kalian tersenyum.

Ketiga, terimakasih kepada Adikku.
Kalian yang selalu membuatku lebih semangat mengerjakan apapun. Cicitan kalian membuatku peka. Akan rasa yang ada dalam hati. Berkat kalian aku belajar bagaimana menyayangi. Serta bagaimana melakukan sesuatu atas dasar demi, kalian mengajariku banyak hal. Sayang kalian.

Keempat, terimakasih kepada Sahabat Terbaik.
Kalian luar biasa. Terimakasih banyak kepada kalian yang selalu ada.

Kelima, terimakasih kepada Alam.
Harusnya kuletakkan terimakasihku untukmu di urutan lebih awal. Tapi kutahu kamu selalu mengerti.

Alam adalah satu yang selalu baik. Tak lain atas kehendak sang pemilik segala Yang Maha Esa. Tapi tetap saja, alam selalu baik.

Terakhir, terimakasih kepada Aku.
Terimakasih untuk 20 tahun ini. Kamu sudah berusaha sebaik dan semampu yang kamu bisa. Kamu harus terus bekerja keras. Jangan terlena terlalu lama. Karena yang berlebihan itu tidak baik.

Semangat untuk satu tahun kedepan. Ingat, umurmu selalu berkurang tiap tahun! Berartilah. Setelah itu mati.

(Daf)


3/18/2016

18 Maret 2016

Seringkali

Seringkali aku mendengar mereka menyebut dunia adalah tempat peristirahatan. Kelak ada masa pertanggungjawaban.

Seringkali terdengar bisikan bahwa dunia itu tempat pencarian. Kelak ada masa pengembalian barang temuan.

Seringkali dunia dikatakan fana. Kelak ada masa yang sama sekali tidak bisa diceritakan di masa manapun.

Seringkali dunia disebut menghakimi. Tahukah kelak akan ada masa penghakiman yang paling berarti.

Seringkali dunia dijadikan sebagai tempat uji coba. Kelak akan ada masa pengujian tanpa kegagalan.

Seringkali dunia menjadi tempat pelampiasan keinginan. Tahukah ribuan nyawa melayang tanpa satu pun keinginannya tercapai. Kelak ada masa pembuktian segala-galanya.

Begitu banyak seringkali dan beribu-ribu seringkali terdengar. Tapi apa? Seolah dunia ini hanya dunia.

Tahukah kamu yang mengatakan dunia tidak adil, di luar sana ada yang mengatakan mati-matian dunia itu ajang penegakan keadilan.

Tahukah kamu disana ada begitu banyak pasang mata yang menahan lelap sampai pukul tiga pagi untuk bertahan hidup dan bangun satu jam setelahnya? Itu menyakitkan tapi itu nyata dan ada di dunia.

Dunia bukan akhir segalanya, meski disinilah kita kerap melakukan ‘seringkali’. Meski disinilah kita menghabiskan berjuta liter kopi dan teh. Meski disinilah kita meraup masa-masa yang entah akan diingat atau tidak. Pun memecahkan teka-teki akhir usia. Juga menelan kepahitan dan kesedihan. Kelak akan ada masa paling abadi. Dengan ‘seringkali kebahagiaan’ yang tiada henti mengulum.


Daf.