2/14/2018

Edisi Serakah

Ini bukan tentang kehilangan yang membuatku melarikan diri. Lebih dari itu. Ini bukan tentang kesedihan yang seolah kuhidu sendiri. Bukan! Ini tentang perasaannya yang memendam beban lebih besar selama ini, tanpa seorang pun tahu. 

Apakah mereka tahu betapa terlukanya aku saat ini? Padahal mereka menginginkan dirinya sendiri menjadi pusat dari tata surya. Aku tidak ingin melukai hati siapapun, tapi percayalah aku mendengarkannya. Masalah setengah atau seperempat bagian itu urusan belakangan, selama mereka masih dianggap sebagai tata surya yang semua harus bertumpu padanya. 

Aku tidak tahu mengapa menulis ini sekarang! Rasanya hatiku sedang dicabik-cabik. Darahku seolah sedang berhenti berdesir saking lelahnya. Tolong, aku menulis ini bukan karena siapapun. Aku menulis ini karena rasa rinduku untuk menulis tentang perasaanku yang belakangan ini diabaikan. Bahkan oleh diriku sendiri. Dia berhak untuk didengar. Dia berhak untuk mendapat pelukan dan kehangatan ketika sedang kedinginan dan dirundung rasa sepi. Bukan malah rajukan dan cerita pilu yang rasanya seperti rajam sembilu.

Ingin hatiku mengulang setiap hari-hari manis sebagai seseorang yang lebih tegar dari hari ini. Ingin diriku kembali ke masa dimana hari-hariku lebih membutuhkan permen loli daripada karya abadi sang pencipta hati.